In Jawa Barat Travel

Trip to Ujung Genteng Beach


Sedikit berbagi pengalaman liburan nih, tepatnya liburan ke Pantai Ujung Genteng pada tanggal 6-7 Agustus 2013 yang lalu. Saya bersama 9 orang lainnya, yaitu kakak-kakak dan abang-abang saya di naposo maranatha (Kak Echa, Kak Oktha, Kak Rani, Bang Porman, Bang Bobby, Bang Ferdinan, Bang Boyke, Bang Thurman, dan Bang Dona) melakukan perjalanan liburan ke Pantai Ujung Genteng. Rencana ini hanya direncanakan beberapa hari sebelum hari H dengan tujuan awal ingin naik gunung namun H-1 berubah jadi ke pantai. Bermodalkan nekat dan GPS di tangan, kami pun akhirnya melakukan perjalanan ini.

(ki-ka) Bang Dona, Bang Porman, Kak Oktha, Saya, Kak Rani, Kak Echa, Bang Boyke, Bang Ferdinan, Bang Bobby 
- taken by Bang Thurman

Perjalanan dimulai sekitar pukul 15.00 WIB dan tiba di Ujung Genteng sekitar pukul 23.45 WIB. Menurut informasi yang kami dapat perjalanan menuju Ujung Genteng bisa memakan waktu kurang lebih 7-8 jam. Kesalahan kami adalah kami nyasar sampai ke daerah Pelabuhan Ratu, hal ini dikarenakan daerah yang kami lalui berupa hutan dan bukit serta jurang yang sulit mendapatkan sinyal, dan mengakibatkan GPS kami mati. Perjalanan menuju Ujung Genteng pada malam hari sangatlah menyeramkan, gelap sekali karena tidak adanya lampu jalan, kanan kiri adalah hutan pepohonan dan jurang, sangat jarang sekali ditemui pemukiman warga, selain itu jalannya juga kurang bagus, berbatu dan berlubang. Satu lagi, di daerah ini sangat sulit sekali ditemui pom bensin, jadi alangkah baiknya untuk mengisi bensin full sebelum memasuki kawasan menuju Ujung Genteng. Selain itu, orang-orang disini sangat kental sekali logat sundanya. Pengalaman kami selama bertanya ke warga mengenai arah jalan, warga akan jutek menjawab jika kita bertanya dengan logat jakarta, tapi jika kita bertanya dengan logat sunda, warga disini akan menjawab dengan ramah.

Setelah melewati daerah  Surade, artinya tinggal beberapa menit lagi tiba di Ujung Genteng. Jalannya benar-benar gelap dan berkelok-kelok, jalannya pun banyak lubangnya, tak ayal jika ada orang menyebrang maka akan sangat susah melihatnya. Untunglah supir kami, yaitu Bang Porman, Bang Bobby, dan Bang Boyke adalah supir yang handal sehingga kami bisa melalui perjalanan dengan lancar. Saat tiba di daerah Ujung Genteng kami segera berencana mencari homestay untuk bisa ditinggali semalam, setidaknya untuk tempat kami tidur. Selama perjalanan mencari homestay, tibalah kami di daerah tepi laut tempat para nelayan. Disini jalannya sangat sangat jelek, berpasir, dan berbatu. Di pinggir jalan banyak ditemukan warung remang-remang dan 'para wanita' malam. Saat akan bertanya jalan ke mereka, Bang Bobby turun dan langsung seperti mau ditawar haha, ketika Kak Rani ikut turun, wanita-wanita tersebut kecewa dan berkata 'yah, ada ceweknya' hahaha. Saat berhenti untuk bertanya, ada kejadian janggal yang dilihat oleh Bang Porman diikuti dengan Bang Bobby dan Bang Boyke, dan sampai sekarang mereka belom mau cerita huhuuu.

Akhirnya kami menemukan homestay yang saat itu ramai. Jujur sebenernya agak was-was sama daerah ini, karena baca-baca berita di internet, daerah ini banyak aneh-anehnya. Makanya seneng banget ketika ketemu homestay yang ramai, namanya Pondok Adi. Baru kali ini loh ada homestay yang ditawar, awalnya si pemilik buka harga 400ribu untuk semalam sampai dengan jam 12 siang, setelah kompromi dn tawar-menawar akhirnya dapatlah homestay dengan harga 250ribu sampai jam 12 siang, lengkap dengan alat dapur seperti kompor gas, piring, sendok, garpu, panci, penggorengan, ceret air, dan tempat bakar-bakaran. Homestay ini lumayanlah, kamar tidurnya ada dua dengan masing-masing 2 single bed, kamar mandinya bersih, dan ada dapur mininya. Berdasarkan searching di internet harga homestay disini masih murah, sekitar 200-500 ribu per malamnya. Tepat di depan Pondok Adi, adalah pesisir pantai yang banyak nelayannya. Uniknya pantai disini adalah karangnya. Biasanya pantai itu identik dengan pasir yang halus dan lembut, tapi di pantai ini gak ada pasirnya, yang ada hanyalah batu-batuan karang kecil-kecil jadi agak sakit kena kaki kita.

Wisma Adi
Malam itu, kami langsung makan-makan sambil pork barbecue yang di masak oleh master chef Dinan. Kenyang makan, para cewek-cewek langsung tidur sejenak dan kemudian segera bangun untuk melanjutkan destinasi selanjutnya ke penangkaran penyu di Pantai Pangumbahan. Perjalanan bisa dibilang cukup horor, karena kami berangkat pukul 4 pagi, melalui jalan setapat berbatu besar dan terdapat juga beberapa alur yang melewati hutan, gelap, dan sangat sepi. Kenapa harus sepagi ini? karena menurut kabar yang kami dapat, jika kami beruntung maka kami dapat melihat secara langsung proses penyu bertelur (namun sayangnya saat itu kami belum beruntung, sebab biasanya penyu bertelur pada saat bulan purnama dan saat itu bukan bulan purnama, menurut bapat penjaganya). Berhubung kondisinya pagi-pagi buta dan warga belum ada yang bangun, serta kondisi jalan yang sangat sepi, kami tidak tau ada apa di kanan kiri mobil kami. Beberapa kali ada pemuda warga sekitar yang menawarkan bantuan untuk menunjukan arah kepada kami, tentu dengan bayaran nominal tertentu. Namun, kami memustuskan untuk terus jalan berbekal dengan arahan warga sekitar saat kami bertanya. Semua kehororan itu tapi berbuah sangat manis, sekitar pukul 5 pagi, kami sampai di Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan tempat penangkaran penyu. Di sana kami melihat beberapa ekor penyu yang dipelihara dan banyak sekali tukik (sebutan untuk anak penyu yang baru lahir). Lucu sekali melihat tukik-tukik kecil bergerak ke sana kemari di dalam tempat penangkaran. Lalu kami diajak ke pesisir Pantai Pangumbahan berpasir putih dan halus, disinilah penyu biasa naik ke daratan untuk bertelur dan kemudian telurnya dibudidayakan dalam penangkaran. Saat itu pantai sedang pasang sehingga ombak bergulung sangat tinggi sekali. Satu peringatan saat kami bermain ke pantai tersebut adalah dilarang mandi, entah apa alasannya. Tidak ada orang lain di pantai tersebut, hanya rombongan kami saja, benar-benar berasa seperti private beach yang sangat indah. Pukul 07.00 kami segera kembali ke homestay dan barulah kami menyadari bahwa jalan yang kami lalui saat pergi benar-benar menawarkan pemandangan desa yang indah, walaupun jalan yang kami lalui sangat rusak dan banyak lubangnya. Ada beberapa petak sawah dan terdengar desiran ombak dari pesisir pantai yang kami tidak tahu pantai apa namanya. Ketakutan dan kegelisahan kami selama perjalanan pergi terbayar semua dengan pemandangan yang sangat menawan.

Pork Barbecue
Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan  (Pangumbahan Penyu Park)
Sampai di homestay, kami segera berkemas untuk melakukan perjalanan selanjutnya yaitu menuju Pantai Amanda Ratu yang terkenal dengan sebutan 'Tanah Lot mini Pulau Jawa'. Sebelumnya kami singgah sebentar di Pantai Cibuaya dekat homestay dimana pasirnya dipenuhi oleh karang kecil-kecil. Warna pantainya sangat indah biru kehijauan dan sangat jernih. Ombaknya yang tinggu cocok untuk surfing, tidak banyak orang di pantai ini dan itulah yang menambah keindahannya. Pantainya masih 'perawan' dan sangat bersih. Setelah puas mengambil beberapa foto, kami melanjutkan perjalanan menuju Amanda Ratu. Amanda Ratu langsung memukau kami ketika kami tiba di sana. Tanah Lot Bali versi mini dapat kita lihat di sana. Di pinggiran Amanda Ratu terdapat resort dengan fasilitas yang serba mewah yang pasti dengan harga sangat tinggi. Untuk traveler seperti kami, tentulah ini tidak masuk dalam pilihan karena harganya yang terlalu mahal. Banyak wisatawan asing berkeliaran dan berfoto di sini. Tidak heran karena pemandangan elok yang ditawarkan benar-benar indah dan menawan. Untuk berkunjung ke sini, kita tidak perlu menginap di resort sekitar. Traveler yang tidak menginap di sini pun boleh berkunjung dengan bebas dan gratis, hanya membayar Rp 2.000,- saja untuk uang parkir. Kita bisa berfoto dengan view yang indah di atas batu karang yang besar, hati-hati terjatuh atau tergelincir karena track-nya sangat licin. Selanjutnya perjalanan menuju Curug Cikaso, yang katanya adalah air terjun terbagus di Ujung Genteng.

Pantai Cibuaya
Amanda Ratu
Perjalanan menuju Curug Cikaso berlangsung nyaman karena jalan sangat sepi (berhubung hari itu adalah H-1 lebaran), sudah tidak berbatu lagi, dan yang paling penting sudah terang tidak gelap gulita seperti perjalanan malam sebelumnya. Setibanya di pintu masuk Curug Cikaso, kami agak kecewa dengan banyaknya pungutan-pungutan uang yang ditagih oleh warga sekitar (padahal menurut info yang kami dapat, sekitar tahun lalu tidak ada pungutan apapun, alias gratis). Pungutan pertama adalah biaya tiket masuk sebesar Rp 7.000,- per orang. Bukannya menghina atau merendahkan tapi sepertinya orang yang menarik pungutan kurang pintar berhitung dan tidak peduli asalkan dia dapat uang, kami 10 orang harusnya membayar sebesar Rp 70.000,- plus tarif 2 mobil (saya lupa berapa), namun orang itu mengembalikan kembalian lebih. Saat kami protes, mukanya bingung dan malah langsung pergi meninggalkan kami, entah apa maksudnya. Tidak hanya itu, beberapa meter dari pintu masuk, kami dikagetkan dengan dengan tulisan "Satu kali buka portal Rp 1.000,-" ckck sampai segitunya. Belum lagi kami harus membayar kapal untuk menyebrang menuju curug sebesar Rp 60.000,- per kapal. Benar-benar mengecewakan, belum lagi biaya parkir mobil dan biaya kamar mandi ckckck. Tapi untuk pemandangan dan kepuasan selama kami di Curug Cikaso sangat tidak mengecewakan, terdapat dua buah air terjun yang sangat indah, kita bisa berenang di bawah air terjun itu. Tetapi harus sangat hati-hati saat berenang, sebab di dasar curug terdapat banyak sekali batu dengan ketinggian yang berbeda-beda. Satu hal yang paling asik adalah ketika kami sampai tepat di bawah air terjun, kami duduk di atas batu dan merasakan punggung kejatuhan air terjun seperti layaknya sedang di pijat. Sayangnya kami harus segera cepat berangkat sebelum matahari tenggelam untuk mengejar waktu sampai ke rumah masing-masing.

Puas dengan beragam pemandangan dan pengalaman di Ujung Genteng, kami pun segera melanjutkan perjalanan kembali ke rumah masing-masing. Perjalanan pulang terasa lebih cepat dan nyaman karena kami sudah hafal track-nya dan tidak kesasar lagi. Hanya saja kami sempat terjebak macet di belakang rombongan warga yang sedang takbiran. Selebihnya perjalanan pulang berlangsung lancar. Sekitar pukul 01.00 pagi, saya tiba di rumah dan very excited dengan liburan saya kali ini. Mendadak, singkat, murah, dan menyenangkan. Sampai jumpa di cerita liburan selanjutnya :D

Curug Cikaso
Full Team :)

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Profesional

Mini Konser Tradisional Modern Batak NHKBP Maranatha Rawalumbu Bekasi

Mini Konser Tradisional Modern Batak ini digelar pada hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013 di Gereja HKBP Maranatha Rawalumbu Bekasi. Acara ini dipersembahkan oleh Naposo (pemuda pemudi) Maranatha dalam rangka Parheheon Naposobulung HKBP Maranatha Rawalumbu 2013. Setiap tahunnya naposo marantha selalu mengadakan kegiatan parheheon, dan tahun ini naposo marantha menggelar sebuah mini konser bertajuk budaya batak. Tema yang diangkat adalah "Berkarya Menjadi Berkat" yang diambil dari Kejadian 12:2, yaitu "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat". 

Parheheon naposo marantha tahun ini terdiri dari beberapa rangkaian, yaitu: Turnamen Futsal, Health and Green Day, dan Mini Konser. Ketiga kegiatan ini berlangsung selama bulan Juni sampai dengan Juli 2013.

Turnamen Futsal
Health Day
Green Day
Mini Konser merupakan rangkaian acara yang terakhir dalam parheheon naposo maranatha. Mini Konser Tradisional Modern Batak ini berlangsung kira-kira pukul 18.00 WIB diawali dengan ibadah singkat oleh Pdt. JAU Doloksaribu, yang merupakan pendeta ressort HKBP Maranatha Rawalumbu Bekasi. Setelah ibadah selesai, acara ini dibuka oleh tari-tarian khas tanah batak, Tor-Tor, yang dinarikan oleh tujuh orang penari dari naposo maranatha. Para penari ini menarikan welcoming tor-tor procession sembari menyambut kedatangan naposo choir ke dalam panggung. 

Ibadah Mini Konser
Naposo Maranatha Tor-Tor

Lagu pertama yang dinyanyikan oleh Naposo Maranatha Choir adala ARBAB. Mini Konser Tradisional Batak ini terdiri dari dua babak. Babak pertama, adalah babak puji-pujian klasik yang dikemas dalam empat lagu sekaligus, yaitu Nyanyikanlah Nyanyian Baru, He Loved Me, I Want To Thank You Lord, dan God And God Alone. 

Arbab
Nyanyikanlah Nyanyian Baru
He Loved Me
I Want to Thank You Lord
Setelah itu, jemaat penonton disuguhi dengan penampilan dari Naposo Marantha Band yang menyanyikan soundtrack "Berkarya Menjadi Berkat" sebagai tema dari parheheon naposo tahun ini. Selanjutnya ada penampilan beatbox dari Ricardo (guest star) featuring dengan Lukman Simorangkir, salah satu naposo maranatha. Penampilan berikutnya adalah penampilan dari Gizelly Saragih (guest star) yang membawakan dua buah lagu, yaitu Ada Kuasa Dalam NamaMu dan Di Jalanku Ku Diiring. Guest star yang terakhir tampil adalah PASTO (Meltho dan Mario) yang membawakan dua buah lagu, yaitu Jangan Lelah dan You Are My Everything. Sebelum masuk ke babak dua, Naposo Maranatha Percussion siap tampil dan menghibur jemaat dengan penampilan perkusi mereka. 

Beatbox

Gizelly Saragih

PASTO

Naposo Maranatha Percussion
Di babak dua Mini Konser Tradisional Modern Batak, Naposo Maranatha Choir membawakan empat buah lagu bernuansa etnik batak yang dipermanis dengan koreografi. Lagu yang dinyanyikan antara lain adalah Tole Endehon, Sigulempong (feat Sunday School Choir), I Will Follow Him, dan Hehe NHKBP.

Tole Endehon
Sigulempong feat Sunday School Choir
I Will Follow Him medley Hehe NHKBP

Mini Konser ini ditutup dengan lagu O, Tano Batak yang dinyanyikan bersama-sama dengan jemaat penonton. Pada penghujung acara, seluruh pengisi acara naik ke atas panggung dan sama-sama bernyanyi lagu penutup. 

Inilah dia orang-orang dibalik Mini Konser Tradisional Modern Batak NHKBP Maranatha Rawalumbu

Link video beberapa lagu mini konser:
Tole Endehon (Road To Mini Konser)

Dibalik layar Mini Konser Tradisional Modern Batak 2013:


Doa dan Persiapan Awal Mini Konser

Tim Musik Mini Konser

Amang Pendeta JAU Doloksaribu (kanan) dan Amang sintua Sihombing (kiri)

Ticketing, Usher, dan Tim Keamanan Mini Konser

Tim Dokumentasi, Operator, dan Lighting Mini Konser

Tim Make-Up dan Hair Stylist Mini Konser

Jemaat yang Hadir di Mini Konser


Kejadian 12:2
"Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat."

#BerkaryaMenjadiBerkat

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Song

Terima Kasih Untuk Segalanya

Kita telah bertemu dan saling mengasihi
Tibalah saatnya kita kan berpisah
Suatu hari nanti kita bertemu lagi
Dan saling mengisi, ku rindukan itu

Saat inilah yang membuatku sedih
Sebelum kau pergi 
Ku ingin kau tau ku cinta kau

Terima kasih untuk segalanya
Terima kasih padamu
Masa indah yang t'lah pernah kita lalui bersama-sama
Teruskanlah pelayananmu maju dan terus maju
Kiranya kasih Allah Bapa menyertai kita semua...

Read More

Share Tweet Pin It +1

9 Comments


In Life Song

Make Me A Servant

Hello, blog....
Liburan nih, seperti biasa nulisnya tengah malem buta hehee...
Biasa juga, isinya tentang curhatan hehehee....

Rata-rata isi blog gue emang tentang curhatan semua. Bukan, bukan, bukan karena gue pengen kehidupan pribadi gue dibaca orang, tapi lebih ke membagikan apa yang sedang gue nikmati dan rasakan. Kali ini tentang 'Humble and Meek' alias 'Rendah Hati dan Lemah Lembut'. 

Belakangan ini emang lagi suka banget denger lagu 'Make Me A Servant', entah momen apa yang tiba-tiba mengingatkan gue tentang lagu ini. Liriknya begini:

Make Me A Servant
Make me a servant
Humble and meek
Lord let me lift up those who are weak
And may the prayers of my heart always be
Make me a servant
Make me a servant
Make me a servant today

Lagunya bisa didengar disini.

Gue sendiri sih belom nyari-nyari lagi latar belakang tentang lagu ini, tapi yang sangat gue nikmati adalah liriknya yang sederhana, mengesankan, menyentil, serta dikemas dengan melodi minor yang bisa membuat setiap orang yang menyanyikan terhanyut dalam setiap alunan musiknya (khususnya gue sendiri). 

Sebagai seorang pelayan Tuhan, belakangan gue merasa hanya mengerjakan pelayanan itu seperti marta yang sibuk dengan 'dapur'nya tanpa sadar bahwa ada hal yang jauh lebih penting, yaitu setia mendengar Firman Tuhan. Lima bulan ini tepatnya sampai tanggal 27 Juli 2013 yang lalu, gue sedang sibuk mengambil pelayanan bersama Naposo HKBP Maranatha Rawalumbu Bekasi sebagai seksi acara dalam rangkaian acara parheheon NHKBP Maranatha 2013. Begitu banyak hal yang harus dikerjakan dalam kepanitiaan ini, banyak sekali sampai-sampai tanpa sadar dapat mengerjakannya dengan tensi tinggi dan emosi yang tidak terkontrol. Sampai suatu titik gue merasa benar-benar terlalu fokus mengerjakan hal teknis dan disitulah lagu ini terlintas. Sungguh indah cara Tuhan menegur gue, lewat puji-pujianNya yang indah mengalun dan sangat menyentil hati gue. 

Kalau kita perhatikan liriknya:
Make me a servant, humble and meek - Jadikan aku pelayan yang rendah hati dan lemah lembut
Lord let me lift up those who are weak - Tuhan biarkan aku menopang/mengangkat yang lemah
And may the prayers of my heart always be - Dan biarlah doa dari hatiku selalu ada
Make me a servant today - Jadikan aku pelayan, hari ini.

Rendah hati dan lemah lembut. Gampang sih diucapkan tapi sangat sulit untuk dilakukan.

Seorang yang rendah hati selalu menyadari keterbatasannya, yang memampukan dirinya untuk membuka diri terhadap sesamanya. Ia rela meluangkan waktu untuk belajar dari sesamanya yang lebih ahli daripada dirinya. Dengan cara itu, ia mampu menjadi orang yang lebih baik[1]. Kita perlu dengan rendah hati mengakui, bahwa kekuatan untuk melayani itu datang dari Tuhan karena kita tidak berdaya, kuasa kita melayani itu datangnya dari Tuhan sebab kita tidak punya kuasa, status kita sebagai pelayan itu adalah kepercayaan dari Tuhan, bukan sesuatu yang layak kita dapatkan, kita tidak punya hak apapun sebagai hamba, kita hanya memiliki kewajiban, dalam pelayanan kita sepenuhnya hanya bergantung kepada Allah dan bukan kepada kemampuan kita[2]. Namun, sangat sulit rasanya untuk bersikap rendah hati disaat gue sedang mengerjakan pelayanan itu. Belajar dari hal kecil, perbedaan pendapat contohnya atau dalam hal mengambil keputusan atau dengan bijak menerima berbagai penolakan juga ketidakadilan. Sulit sekali, benar-benar harus berhikmat dan rendah hati menerima segala keterbatasan dan kondisi yang ada. Itu dari sisi rendah hati.

Emosi yang tidak dapat terkontrol dengan baik juga kerap kali gue rasakan, di saat gue merasa letih dan kehilangan semangat serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Emosi dengan tensi tinggi ini pada akhirnya akan berujung pada akar pahit yang menimbulkan kemarahan dan rasa kesal dengan kondisi itu sendiri atau pun dengan beberapa orang sekitar. Hal ini tentu saja tidak mencerminkan sikap lemah lembut sama sekali, bahkan terkesan sangat kasar. Suka ngomel-ngomel gak jelas, suka ngeluh, marah-marah, bentak-bentak bahkan pernah sampai teriak-teriak loh. Menurut gue sih, ini bisa terjadi karena kurangnya rasa rendah hati, seperti yang sudah dibahas di atas, diantara para pelayanNya. Lemah lembut itu penting sebagai penetralisir keadaan yang emosional dan fluktuatif. Wanita yang lemah lembut adalah wanita sabar dan sangat disenangi oleh banyak orang, begitu pun dengan pelayan Tuhan yang lemah lembut, Tuhan pasti suka itu. Dengan kelemahlembutan, segala hal bisa dihadapi melalui kepala dingin dan kasih nyata. 

Dan disaat kepanitiaan itu jatuh, thank God gue bisa lift up those who are weak, walaupun gue juga lemah sama seperti yang lain. Tapi gue sadar, saat itu gue melakukannya bukan karena kerendahan hati gue, tapi karena gue gak mau dibilang lemah, gak ada rendah hatinya sama sekali. Saat itu, gue sejenak lupa bahwa Tuhan yang membuat gue kuat, gue lupa bahwa Tuhan memakai gue untuk mengangkat yang lain. That's not the real God's servant did. Thank God lagi, gue gak perlu berlama-lama merasakan hal seperti itu, karena Tuhan terlebih dulu menyentil gue dengan lagu ini. 

Lewat lagu ini gue belajar beberapa hal, bahwa menjadi seorang pelayan Tuhan bukanlah untuk memegahkan diri dan memenangkan ego kita. Sekalipun kita tidak mendapat perhatian, pujian, popularitas bahkan kemahsyuran malahan sebaliknya kita dicaci, kita dipersalahkan, kita dikritik pedas, kita dianggap remeh, namun ingat Tuhan melihat kerendahan dan ketulusan hati kita dalam melayani. Jadilah pelayan Tuhan yang rendah hati dan lemah lembut yang mampu mengangkat rekan sepelayanannya saat sama-sama terjatuh, dan setia berdoa dalam nama Tuhan untuk setiap pelayanan kita. Make me a servant, make me a servant today...

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Thoughts

LOVE

Guys, tonight isn't satnite and tonight isn't valentine's day. But tonight, let's talk about love hehee.

LOVE,
How do you spell you in your life???
I'm sure a half of us think that love is our boyf or girlf.
A quarter of us think that love is our family.
The rest think that love is just love, no more.

LOVE,
How do you spell love in your life???
Love is more than your boyf or girlf.
Love is more than your family.
Love is more than just a word.

LOVE,
How do you spell love in your life???
I spell it J-E-S-U-S.
The one and only eternal love.
He loves us, you and me.
And He commands us to share the love to every people around us.
He has done it before us.


John 3:16
"For God so loved the world that He gave His one and only Son, that whoever believes in Him shall not perish but have eternal life."

What love is bigger than Him???
Nothing, because LOVE IS JESUS.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Personal

Semester 6 dan Segalanya

Hello blog, long time no write. Akhirnya sekarang bisa ngepost lagi. Iseng lagi liburan dan pengen flash back lagi dari mulai awal semester 6 sampai sekarang ini.

Puji Tuhan semester 6 ini bisa ngambil 22 sks termasuk 3 sks praktikum di dalamnya. Awalnya gue udah punya targetan pencapaian di semester 6, dari mulai targetan IP, targetan kegiatan, targetan mata kuliah dan lain sebagainya. In the beginning sih lancar-lancar aja dan terkesan sangat amat santai, kebetulan gue juga dapet dosen yang santai-santai ngajarnya. Berawal dari 'kesantaian' itulah gue merasa sangat bosan dan mulai mencari-cari kesibukan. Inilah salah satu sifat gue yang sampai sekarang belum bisa gue atasi, yaitu gak bisa tinggal dalam dunia yang monoton dan tanpa kesibukan. Prinsipnya semakin kita sibuk, semakin kita gak punya waktu kosong, semakin kita bisa untuk tidak memikirkan masalah-masalah yang ada. Secara saat itu (dan sampai sekarang) kehidupan gue gak lepas dari berbagai macam permasalahan. Okay forget it, dan kita lanjut ke cerita selanjutnya. Di awal semester 6 gue sudah memutuskan untuk gak ikut kegiatan macem-macem karena harus fokus untuk mencapai targetan IP yang cukup tinggi untuk suatu tujuan. Tadinya gue cuman mau melanjutkan dua kepanitiaan gue yang to be continued dari semester lalu, yaitu CRAFT 2013 dan Ekskursi Metal 2010. Honestly, dengan dua hal tersebut aja gue udah hampir give up karena benar-benar menyita waktu dan pikiran gue, eh datanglah satu lagi kegiatan yang PO-nya temen gue sendiri dan gue ditodong buat bantu-bantu doi. Voila, tiga kegiatan yang jalannya hampir bersamaan dan gue adalah panitia inti di dalamnya. Gagal sudah targetan pertama di semester 6 gue.

Semakin lama gue semakin sadar bahwa gue terlalu santai dan terlalu anggap remeh semester 6 ini. Tepatnya terlalu banyak bermain-main. Tapi justru main-main di semester 6 inilah yang paling gue nikmati, terutama setelah selesai ekskursi angkatan metal 2010 ke Semarang-Jogja tanggal 2-7 April 2013 lalu. Berasa sekali atmosfer pertemanan yang semakin dekat antar teman satu angkatan di semester 6 ini. Jadi semakin kenal dan semakin tau watak dan sifatnya satu per satu. Terima kasih kepada seluruh panitia ekskursi dan teman-teman satu angkatan atas waktu dan kebersamaannya :)

Sisi lain agak sedih juga kalau mengingat ada satu yang sedikit kurang diperhatikan, Kelompok Kecil. Gue sadar gue bukan pkk yang baik dan bijaksana dalam memimpin, sehingga hasilnya pun dalam satu semester ini hanya berhasil menyelesaikan 2 bab buku MHB :(. Rasanya memang sudah berusaha sebaik mungkin dalam hal perhatian, bahan, atau pun waktu. Tapi ternyata itu belum jadi yang terbaik (maafkan aku yah akk-akk ku). Sekarang gue baru sadar waktu gue bersama akk-akk gue tinggal satu semester lagi, bukan waktu yang panjang karena semua akan berlalu begitu cepat. Artinya perlu hikmat lebih dan pengorbanan lebih untuk bisa menjadi seorang pemimpin yang jadi teladan bagi mereka. Dan satu doa gue, semoga mereka bisa  benar-benar bertumbuh dan menikmati kelompok kecil ini. 

Sampai akhirnya gue di tegur dengan hasil UTS di semester 6. Hasil yang mengecewakan dan sangat membuat gue menyesal telah membuang-buang waktu untuk bermain-main dan menganggap enteng. Untunglah masih bisa diperbaiki di UAS. Sejak itu gue jadi lebih memperhatikan kuliah gue, demi nilai yang lebih baik. Dan akhirnya Tuhan menunjukan kebaikannya kepada gue di akhir semester 6, Puji Tuhan ini adalah IP dan IPK yang paling luar biasa dalam sejarah perkuliahan gue. Gak sampe di situ, satu lagi pengalaman luar biasa yang berawal dari keputusan besar yang gue ambil, ikut seleksi aslab korosi dan ekstraksi. Gue serius untuk hal ini, bahkan untuk ikut seleksi ini pun gue harus berpikir panjang dan lama. Gue belajar dan ingin memberikan yang terbaik, bersyukur banget boleh lolos sampai tahap wawancara walaupun gagal di titik terakhir tapi ini merupakan pengalaman yang luar biasa. Di akhir semester 6 ini, gue juga telah mengawali satu pelayanan besar bersama PSPO. Tuhan yang telah berencana atas semua ini, gue akan melakukan yang terbaik yang bisa gue lakukan, memperbaiki semua yang harus diperbaiki di semester 6, dan membiarkan Tuhan yang melakukan sisanya. 

Terima kasih Tuhan atas semester 6 dan segalanya.
"...Jangan kehendakku Bapa, kehendakMu jadilah... - KJ 460"

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments