Showing posts with label Song. Show all posts
Showing posts with label Song. Show all posts

In Life Personal Song

Natal di Hatiku

December 26th, 2016
03.02 WIB

I was barely alive.
Too happy to forget the Christmas time. Every year in Christmas day, being a Christian that I am, has my own tradition to think, brood, and write. Ya, because I don't want to forget every grace that I got in every Christmas day (ya you know that I have a short-memory-brain-syndrome, right?). This year, I was so excited in every time I wait on the Lord's will and let Him speak to me. Does the Lord speak to me? How come? You won't get it, unless you're one of the people like me who understands that Christian is supposed to be based on personal relationship with God. And this I found very beautiful even sometimes confusing, but I know He will speak to me in His right way.

I have some things to wait for the God's answer this year. Personally, I'd make a list of hopes and prays for this year but I figured there are too many things. In the beginning, I trust that God will answer my pray, everything that I asked in His right time. And in this time I was so excited to let my self seek Him and let Him speak to me. I feel that God always be with me and hope that He will give me the answer of my pray. Surprisingly, it start to feel the Christmas season and the end of the year, the more I expect God to answer all my prays as soon as possible (because I was still wondering there will be so many miracles in the Christmas day). Nope. That's my ego when I forced the Lord to grant. So bad. But after a conflict of conscience for long enough time (maybe around a month when I started being busy with the preparation of Christmas serving), I'm fully aware that my life is under the power and authority of God alone.

I realize on something.
When you're all grown up, you don't list for things you want for Christmas. You list the things that you are thankful for all year round.
Yeah I was wrong about my list of hopes and prays. No no no, it was not about my list but about my self. Ya, I was wrong because I forced the Lord to answer my list.

I should figure there are too many things I'm grateful for. Christmas is the right time to being grateful for getting the good news about the birth of Jesus Christ. Without any list of hopes, the Lord has given to me the most precious One whom love the world. Without any asked, He'd love you, bless you, and keep you. The born of Jesus Christ in our heart is the truest meaning of Christmas. Christmas isn't Christmas till it happen in your heart. So, don't prepare your list of hopes in the Christmas day, but firstly and the most important is prepare your heart to let Him comes and lives. How to make it happen? Pray to God. Ask Him to give you worthy heart so that your life can condescend Him. So, your heart will ready to welcoming His birth for this world.
Natal di Hatiku (Cipt. Jonathan Prawira)
Seperti palungan,
layakkanlah hatiku menyambutMu Tuhan
Seperti emas, kemenyan dan mur,
biar hidupku berkenan padaMu

Sebab natal tak akan berarti tanpa kasihMu lahir di hatiku,
Hanya bersamaMu Yesus kurasakan selalu indahnya natal di hatiku  
Bersama paduan suara surga ku bernyanyi,
Kemuliaan di tempat maha tinggi,
Dan damai sejahtera di antara manusia,
Yang hidupnya berkenan kepadaMu
The Word became flesh and made his dwelling among us. We have seen his glory, the glory of the one and only Son, who came from the Father, full of grace and truth.
(John 1:14 NIV)


Merry Christmas,
Dewi Lestari Natalia.

Read More

Share Tweet Pin It +1

1 Comments


In Life Personal Song

Great is Thy Faithfulness


As December approaches, I personally got very excited for the upcoming year (and also for my birthday hihi). 
Welcome 24! Yeay...
Getting older is something excited to feel but also something worry too. I thank God for every morning that I woke up, because morning by morning new mercies I see. This year I got new atmosphere of being older, like a garden fully with colorful flowers and rain came with the shining rainbow. Ah so great beautifully! I know that God loves me more and more and more. By His grace I can through pass a year in my life. One of the solid proof of how amazing God’s work is on how I passed my life without any significant affliction. God is good :)

I see the world a bit wider this year, to embrace more opportunities the which lies in front of me of focusing on God, family, and work. Man? Not yet haha (still pray for it xixi). I feel that God is completely blessing me up this year. But it didn't mean that something come without any obstruction. The obstruction must be exist in every life of humanity, but something I called bless is I can go with God in any hard situations in my life.

When ‘teen nowadays’ are not me anymore, I should start to think hard about the future. Twenty four years old is not a teen anymore, I must be one step closer to maturity and wisdom of life. "Happy birthday, Dee! Semoga semakin bijaksana dan dewasa dalam perkataan dan perbuatan ya!" That's one of my friends' hope for me on this birthday. "Dan semoga cepat-cepat ditemukan oleh jodohnya" Another lovelife hope, ada AMEN? Amin haha. 

Anyway, I and my church choir sang "Great is Thy Faithfulness!" on my birthday. I think this song is really show me up how God bless my life, and your life too.

“Great is Thy faithfulness,” O God my Father,
There is no shadow of turning with Thee;
Thou changest not, Thy compassions, they fail not
As Thou hast been Thou forever wilt be.

Summer and winter, and springtime and harvest,
Sun, moon and stars in their courses above,
Join with all nature in manifold witness
To Thy great faithfulness, mercy and love.

Pardon for sin and a peace that endureth,
Thine own dear presence to cheer and to guide;
Strength for today and bright hope for tomorrow,
Blessings all mine, with ten thousand beside!

“Great is Thy faithfulness!”
“Great is Thy faithfulness!”
Morning by morning new mercies I see;
All I have needed Thy hand hath provided
“Great is Thy faithfulness!” 
Lord, unto me!

I didn't want to talk to much in this post. I just want to pour how bless I am with the mercy of God within my 24 years old of life. Thank God for you faithfulness to me.





PS:
I didn't achieve my goal about writing in my 23yo huft. Five drafts of ramblings are now safely tucked inside the blog draft folder. Some of my travel achievements this year didn't pour on my blog yet. Poor me on arranging blogging time management! Sorry :(




24yo lady,
Dewi Lestari Natalia.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Song Thoughts

Hidup dalam Kasih SetiaNya

Kebanyakan orang baru sadar how precious something is when they've losed it, right? Ini yang dapat aku simpulkan setelah 23 tahun hidupku di dunia. Ketika jauh dari keluarga, orang baru sadar betapa berharganya keluarga itu. Ketika orang kehilangan teman, orang baru sadar betapa berharganya seorang teman itu. Ketika kehilangan kesehatan, orang baru sadar betapa berharganya kesehatan itu. Inilah yang terjadi saat rasa syukur itu bukan lagi menjadi sesuatu yang patut dilakukan atas setiap sel-sel kehidupan, ketika rasa syukur itu memudar sedikit demi sedikit saat kita merasa terlalu nyaman dengan 'this-is-my-life-what-is-your-bussiness?'. 

Yeah, I'm the one with that syndrome setelah seminggu ini ditegur sama Tuhan (thank God) dan baru tertampar dengan kotbah di ibadah kebaktian pemuda gereja malam ini. Seminggu ini aku yang selalu merasa kuat dan tangguh akhirnya tumbang juga. Disaat harus belajar dan ujian, hal yang paling sulit adalah dalam kondisi sakit dan jauh dari keluarga. Tiga hari di awal minggu tersebut, aku menyangkal teguran itu dan tetap bertahan dengan kekuatanku sendiri, aku tidak mungkin kalah dengan kelemahan ini. Itu pikirku. Tapi dihari keempat, di malam menjelang ujian, I'd losed my focus and felt so dizzy. Jangankan belajar, bernafas saja sulit. Disitulah aku berdoa kepada Tuhan meminta kesembuhan. Luar biasa beberapa menit setelah aku berdoa, Tuhan menjawabnya. Aku sehat kembali. Bersyukur sekali rasanya saat itu. Memanglah kesehatan itu menjadi disadari sangat berharga ketika kita jatuh sakit.

Tapi setelahnya, ya balik lagi. 'This-is-my-life-what-is-your-bussiness?', lupa kalau ada campur tangan Tuhan dalam kepulihanku. Sampai ketika, malam ini di ceritakan bagaimana penyertaan dan kasih setia Tuhan ketika ancaman pembunuhan mengancam Daud. Satu ayat dari Mazmur 15:17 "Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku". Didalam ancaman, Daud masih mau bersorak-sorai atas kasih setia Tuhan Allah, sungguh hal ini bergeming nyaring di hatiku. Ini bukanlah hidup yang terjadi karena kekuatanku, ini bukan hidupku. Aku menyadari bahwa hidupku dan hidupmu bisa benar-benar hidup semata-mata hanya karena kasih setia Tuhan Allah, dan semestanya memang hidup ini adalah milik Tuhan. Kekuatan dan ketangguhan yang aku dan kamu rasakan saat ini adalah salah satu bagian kecil dari kasih setia Tuhan yang diberikan kepada umatNya, bukan karena kuat kita sendiri. Aku jadi teringat satu lagu yang juga dinyanyikan pada ibadah kebaktian pemuda malam ini. Lagu yang sangat ingin aku nyanyikan namun aku tak berdaya untuk menyanyikannya, entah kenapa suaraku tidak keluar sama sekali. Mungkin Tuhan sedang menyuruhku untuk mendengarkan saja setiap lirik dan alunan musik lagu ini. Dan aku tertegun.
Kasih setiaMu yang kurasakan
Lebih tinggi dari langit biru
KebaikanMu yang t'lah Kau nyatakan
Lebih dalam dari lautan

BerkatMu yang telah ku terima
Sempat membuat ku terpesona
Apa yang tak pernah ku pikirkan
Itu yang Kau sediakan bagiku
Siapakah aku ini Tuhan jadi biji mataMu?
Dengan apakah ku balas Tuhan s'lain puji dan sembah Kau?
Itulah respon yang bisa aku komitmenkan saat ini. Betapa berharganya setiap detik hidup ini oleh kasih setiaNya. Betapa berharganya nafasku, bertapa berharganya keluargaku, betapa berharganya temanku, betapa berharganya kesehatanku, dan betapa berharganya kehidupanku, ALL THE TIME. Every single of my breath, life is too precious to be wasted because the Lord has given it to us without asking any reciprocity. Jadi, bersyukurlah! Puji dan sembahlah Tuhan Allah yang telah menyatakan kasih setiaNya dalam hidup ini.




Wish it can be a blessing,
Dewi Lestari Natalia.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Song

B'rikan Ku Hati Seperti HatiMu

Kejenuhan dalam pelayanan sedang gue rasakan saat ini. Terkhusus dalam pelayanan pemuda di gereja gue. I don't really know about the causes of my serving saturation. Oh, God! I have been crying :(. But, everytime saat gue merasa jenuh, I started to think about God. Tuhan bahkan tidak pernah lelah bekerja dalam hidup gue. Bersyukur banget masih diingatkan Tuhan akan hal itu, terima kasih Tuhanku.

Basicly, apa sih makna pelayanan bagimu? Kenapa kamu mau ambil peran dalam suatu pelayanan rohani? Makna pelayanan bagiku sendiri adalah suatu anugerah Tuhan yang diberikan secara istimewa melalui diri kita yang harus kita pergunakan untuk memuji dan membesarkan nama Tuhan. Jadi, yang menjadi center of point dalam pelayanan kita sepenuhnya adalah Tuhan, not yourself. Being a servant of God is the highest honor thing in my life. How about you? 

Sedari dulu kita sudah paham benar, bahwa menjadi pengikut Kristus is not an easy way of life. Sama seperti menjadi pelayannya. Anugerah sebagai pelayan Tuhan adalah hal yang sungguh mulia, namun begitu banyak tantangan yang menanti kita di depan mata. Salah satu tantangan terbesar dalam pelayanan adalah dirimu sendiri. How could it be? Ya seperti gue sekarang ini, jenuh dengan pelayanan, it means jenuh dengan anugerah Tuhan, bukan? It's hard to tell you about my guilty feeling in my serving lately arghhh... But God know it and He tries to warn me through a simple song which reminds me that I'm serving of God. Lewat lagu B'rikanku Hati Seperti HatiMu ini, let's learn about sikap seorang pelayan.

B'rikanku hati
Seperti hatiMu
Yang penuh dengan belas kasihan

B'rikanku mata
Seperti mataMu
Memandang tuaian di sekelilingku

B'rikanku tanganMu tuk melakukan tugasku
B'rikanku kakiMu melangkah dalam rencanaMu

B'rikanku
B'rikanku
B'rikanku hatiMu


According this song, there are three characters of God's servants:
Hati yang penuh dengan belas kasihan - Menjadi serupa dengan Allah adalah kodrat manusia sejak masa penciptaan. Maka dengan demikian haruslah kita mempunyai hati seperti Kristus, yaitu hati yang penuh dengan belas kasihan. Tuhan Yesus sendiri telah banyak melakukan mujizat, dimana hatiNya tergerak oleh belas kasihan dan akhirnya menyembuhkan serta melakukan banyak mujizat yang membawa sukacita bagi banyak orang. Seperti pada saat Yesus berbelas kasihan terhadap orang banyak (Matius 9:13), Yesus memberi makan lima ribu orang (Matius 14:14), Yesus menyembuhkan dua orang buta (Matius 20:34) dan banyak hal lainnya. Bahkan menurut Paulus, Kristus memiliki hati yang berbelas kasih (Filipi 2:1). Sebagai orang-orang pilihan Allah yang yang dikasihi Allah, kita diwajibkan untuk berbelaskasihan, rendah hati, lemah lembut, dan sabar (Kolose 3:12).
Mata yang memandang tuaian - Pelayan tidak memandang buluh, artinya tidak memilih-milih siapa saja yang mau dilayani. Seperti Tuhan Yesus yang selalu setia melayani semua orang. Mulai dari Zakeus si pemungut cukai, 5000 orang yang Dia beri makan dengan 5 roti dan 2 ikan, janda miskin, orang buta, dan bahkan semua umat manusia. Kalau Tuhan Yesus saja tidak memandang buluh, kenapa kita harus memilih-milih siapa orang yang mau kita layani?
Tangan dan kaki yang bekerja - Ketika saya berpikir mengenai hidup dan pelayanan Yesus, saya ingat bagaimana Dia memakai tangan-Nya untuk memberi harapan dan kesembuhan. Dia menjamah yang sakit, menggendong anak-anak kecil, memecahkan roti bagi yang lapar, dan membiarkan tangan-Nya dipaku di kayu salib bagi dosa-dosa kita. Dalam Yohanes 13 kita membaca bahwa Yesus menunjukkan sikap rendah hati yang mengagumkan dengan membasuh kaki para murid-Nya dan berkata kepada mereka, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu" (ayat 14). Hal ini dalam konteks lain juga dapat dikaitkan dengan pelayanan sebagai anggota tubuh Kristus, seperti layaknya tubuh yang terdiri dari banyak anggota tetapi dalam satu tubuh, pelayanan juga memiliki prinsip yang sama. Bukan hanya tangan saja atau kaki saja yang bekerja tetapi kedua sama-sama bekerja untuk saling menopang dan melengkapi. Tidak ada yang lebih spesial atau tidak ada yang tidak spesial. Seperti tangan yang melakukan tugas Allah dan kaki yang melangkah dalam rencanaNya. Tidak bisa salah satu saja yang berjuang namun haruslah keduanya. Seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 12:12 "Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus."  
Inti yang dapat diambil dari lagu tersebut adalah, semua pelayanan sumbernya adalah dari Allah dan kepada Allah juga kita diberi karunia untuk melayani. Bukan dari kuat diri kita sendiri, melainkan hanya karunia Allah semata.




Selamat melayani,
Dewi Lestari Natalia. 

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Song

Pemahaman Lagu "It is Well with My Soul"

It's a passover time of this year that reminded and reprimanded me hardly about how to struggle in the hard situation, when you felt alone and thought that Jesus didn't care about your life. In the passover devotion in my church last night, the preacher told the story about a hymn song writer, Horatio G. Spafford. The preacher told us how Spafford can struggle in the middle of his pain and sadness. All of Spafford's story is written in the song "It is Well with My Soul" or "Dung Sonang Rohangku" in the bataknese.
Background Story
Horatio Spafford (1828-1888) was a wealthy Chicago lawyer with a thriving legal practice, a beautiful home, a wife, four daughters and a son. He was also a devout Christian and faithful student of the Scriptures. His circle of friends included Dwight L. Moody, Ira Sankey and various other well-known Christians of the day.

At the very height of his financial and professional success, Horatio and his wife Anna suffered the tragic loss of their young son. Shortly thereafter on October 8, 1871, the Great Chicago Fire destroyed almost every real estate investment that Spafford had.

In 1873, Spafford scheduled a boat trip to Europe in order to give his wife and daughters a much needed vacation and time to recover from the tragedy. He also went to join Moody and Sankey on an evangelistic campaign in England. Spafford sent his wife and daughters ahead of him while he remained in Chicago to take care of some unexpected last minute business. Several days later he received notice that his family's ship had encountered a collision. All four of his daughters drowned; only his wife had survived.

With a heavy heart, Spafford boarded a boat that would take him to his grieving Anna in England. It was on this trip that he penned those now famous words, When sorrow like sea billows roll; it is well, it is well with my soul..

Philip Bliss (1838-1876), composer of many songs including Hold the Fort, Let the Lower Lights be Burning, and Jesus Loves Even Me, was so impressed with Spafford's life and the words of his hymn that he composed a beautiful piece of music to accompany the lyrics. The song was published by Bliss and Sankey, in 1876.

For more than a century, the tragic story of one man has given hope to countless thousands who have lifted their voices to sing, It Is Well With My Soul. 
Song Lyric 
When peace, like a river, attendeth my way,
When sorrows like sea billows roll;
Whatever my lot, Thou hast taught me to say,
It is well, it is well with my soul. 
Refrain:
It is well (it is well),
with my soul (with my soul),
It is well, it is well with my soul. 
Though Satan should buffet, though trials should come,
Let this blest assurance control,
That Christ hath regarded my helpless estate,
And hath shed His own blood for my soul.

My sin, oh the bliss of this glorious thought!
My sin, not in part but the whole,
Is nailed to His cross, and I bear it no more,
Praise the Lord, praise the Lord, O my soul!

For me, be it Christ, be it Christ hence to live:
If Jordan above me shall roll,
No pang shall be mine, for in death as in life
Thou wilt whisper Thy peace to my soul.

And Lord haste the day, when my faith shall be sight,
The clouds be rolled back as a scroll;
The trump shall resound, and the Lord shall descend,
Even so, it is well with my soul.


“Be careful for nothing; but in every thing by prayer and supplication with thanksgiving let your requests be made known unto God. And the peace of God, which passeth all understanding, shall keep your hearts and minds through Christ Jesus."
(Philippians 4:6-7)


References:
http://www.sharefaith.com/guide/Christian-Music/hymns-the-songs-and-the-stories/it-is-well-with-my-soul-the-song-and-the-story.html




....
Dewi Lestari Natalia.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Song

Pemahaman Lagu "Berserah Kepada Yesus"

I love hymn songs. It was beginning in the early time I'd joined PSPO UI. I realized how beautiful the hymn songs are. Its distinctive music, wonderful lyric, lovely classic tones, and the story behind the song (which certainly come from the God's Word based on the author's experience with God). That's really touching my heart. I love it. Especially I love how the song writer may be so wise to write the song based on God's Word.

One of hymn songs that I love so much is KJ-364 Berserah Kepada Yesus (All to Jesus I Surrender). I feel strengthened through this song during the last year, 2014. In many situation, God seemed singing this song to me, I heard it in the deep of my heart earring. When I was afraid of something or being anxious waiting for something, and even in the over excited situation. This song remembered me that in the all situation we must surrender all to Jesus. That's it. The clue is: "Many are the plans in a person's heart, but it is the LORD's purpose that prevails" (Proverbs 19:21-NIV). What can people do? We surrender all to Jesus :)

Background Story
Lagu ini ditulis oleh seorang guru seni Amerika yang juga seorang musisi bernama Judson Wheeler Van DeVenter (1855–1939) bersama dengan Winfield S. Weeden (1847–1908) yang mengaransemen musiknya. Lagu ini di rilis pada tahun 1896 (diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Yamuger pada tahun 1975) dengan judul asli All to Jesus I Surrender atau I Surrender All pada Gospel Songs of Grace and Glory, sebuah koleksi lagu-lagu hymn karya musisi hymn ternama, termasuk Weeden, Van DeVenter, and Leonard Weaver, dan dipublikasikan oleh Sebring Publishing Co.
Judson Wheeler Van DeVenter lahir di tanah pertanian dekat Dundee, Michigan pada tanggal 5 Desember 1855. Ayahnya bernama John Wesley van Deventer dan Ibunya bernama Eliza Ann (Wheeler) van Deventer. Judson menerima Kristus dalam hidupnya ketika berumur 17 tahun. Ia merupakan lulusan dari Hillsdale Collage dan aktif menjadi guru seni dan pelaku seni. Selain itu, ia juga belajar dan mengajar musik dan mampu menguasai 13 alat musik dan sering menulis lagu juga belajar menggambar dan melukis. Ia aktif dalam pelayanan di Gereja Episcopal-Methodist sebagai penginjil. Melihat kemampuannya, teman-temannya menyarankannya untuk berhenti dari pekerjaan seninya dan menjadi seorang penginjil full-timer. Selama lima tahun Ia bergumul keras dan menimbang-nimbang antara pelayanan dan menjadi seorang seniman. Akhirnya Roh Kudus Tuhan lah yang meyakinkannya untuk menjadi seorang pelayan Tuhan sepenuhnya, seorang penginjil, dan disitulah dalam pergumulannya Ia menuliskan lagu ini "I Surrender All" dimana Ia benar-benar menyerahkan seluruh hidupnya ke tangan Tuhan.
"The song was written while I was conducting a meeting at East Palestine, Ohio, and in the home of George Sebring (founder of Sebring Campmeeting Bible Conference). For some time, I had struggled between developing my talents in the field of art and going into full-time evangelistic work. At last the pivotal hour of my life came, and I surrendered all. A new day was ushered into my life. I became and evangelist and discovered down deep in my soul a talent hitherto unknown to me. God had hidden a song in my heart, and touching a tender chord, he caused me to sing." - Van DeVenter
 Lyric Interpretation
do=es 4 ketuk
Berserah kepada Yesus, tubuh, roh, dan jiwaku;
kukasihi, kupercaya, kuikuti Dia t’rus.
Refrein:
Aku berserah, aku berserah; kepadaMu, Jurus’lamat, aku berserah!
Baitnya yang pertama tertulis bahwa berserah kepada Yesus sepenuhnya dengan tubuh, roh, dan jiwa kita. Seperti yang dikatakan dalam Roma 12:1 "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Semuanya itu harus kita serahkan hanya kepada Yesus bukan pada hal yang lainnya (Roma 6:13,19). Haruslah kita menyerahkan semuanya atas dasar kasih dan percaya kepada Allah, karena hanya Dialah yang akan menuntun hidup kita.
Pada bagian reffrain, lirik yang dituliskan begitu sederhana. Hanya terdapat dua kalimat yang dapat bergabung menjadi satu: aku berserah, kepadaMu, Juruselamat. Dari kalimat yang berulang ini dapat kita lihat betapa penulis begitu berserah kepada Yesus bukan kepada hal lain. Sederhana, namun terkena sekali makna dan tujuannya.
Berserah kepada Yesus, di kakiNya ‘ku sujud.
Nikmat dunia kutinggalkan. Tuhan, t’rima anakMu!
Baitnya yang kedua masih diawali dengan kalimat "Berserah kepada Yesus", begitupun baitnya yang ketiga sampai kelima. Betapa penulis sangat ingin menyerahkan segalanya hanya kepada Tuhan. Disinilah kita dapat melihat kepercayaan penuh sang penulis kepada Yesus, sampai penulis rela menyerahkan semuanya hanya kepadaNya, bersujud di kakiNya, dan meninggalkan nikmat dunia yang telah ia peroleh selama ini. Allah pun mengajarkan kita untuk meninggalkan dunia ini dalam Titus 2:12-14. Tuhan, terima anakMu, merupakan lirik yang menggambarkan kerendahan hati penulis yang meminta Tuhan untuk menerima dirinya.
Berserah kepada Yesus, aku jadi milikMu.
B’rilah RohMu meyakinkan bahwa Kau pun milikku!
Seperti yang tertulis dalam Roma 8:14-16 bahwa semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak-anak Allah. Siapa yang disebut sebagai anak-anak Allah pastilah adalah milik Allah sepenuhnya dan Allah ada dalam dirinya.
Berserah kepada Yesus, kuberikan diriku.
B’ri kasihMu dan kuasaMu, Ya, berkati anakMu!
Bait keempat memiliki makna yang hampir sama dengan bait pertama. Di bait keempat ditegaskan bahwa penulis memberikan diri kepada Yesus untuk menjadi pelayanNya (dalam hal ini sebagai penginjil). Dengan penyerahan tersebut, penulis memanjatkan doa agar Tuhan memberinya kasih dan kuada untuk melakukan setiap pekerjaan Tuhan yang telah dipercayakan kepadanya. Serta meminta berkat dari Tuhan dalam menjalani pekerjaannya di ladang Tuhan sebagai penginjil. Yang dilihat dari lirik ini adalah ketika kita sudah menyerahkan diri kita kepada Tuhan, jangan lupa untuk tetap berdoa meminta kasih, kuasa, berkat, dan penyertaan Tuhan dalam menjalani hidup kita.
Berserah kepada Yesus, kurasakan apiNya.
Kar’na s’lamat yang sempurna, puji, puji namaNya!
Bait akhir ini merupakan akhir dan hasil jika kita berserah kepada Yesus, yaitu merasakan api kemuliaanNya yang senantiasa menghangatkan kita. Artinya, jika kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan, bukan berarti kita tidak mendapatkan apa-apa. Melainkan kita memperoleh api kemuliaan Tuhan yang selalu menguatkan dan menerangi jalan kita. Ini semua hanyalah karena selamat yang sempurna yang dari pada Allah yang selalu menyertai kita. Dan atas itu semua patutlah kita memuji nama Allah yang Maha Besar atas penyertaanNya dalam hidup kita.
 Application (Real Action)
2014 was completely over, filled by this song rhythm. The song is totally teaching me to surrender all of my life to Jesus Christ, all of my fears, all of my worries, and all of me. So, I wouldn't too much worries to walk on my days in 2015. Everything I do and get, as long as I walk with Jesus, I will be fine. That's the best result. Don't forget to pray and praise His name for all of His blessings to me.
"Songs of personal commitment to Christ often stem from a particular experience in the life of the author." - C. Michael Hawn

References:
http://www.hymnary.org/person/VanDeVenter_JW
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=364&res=kidung_jemaat
http://www.gbod.org/resources/history-of-hymns-i-surrender-all




I Surrender All to Jesus,
Dewi Lestari Natalia.

Read More

Share Tweet Pin It +1

1 Comments