Kebanyakan orang baru sadar how precious something is when they've losed it, right?
Ini yang dapat aku simpulkan setelah 23 tahun hidupku di dunia. Ketika
jauh dari keluarga, orang baru sadar betapa berharganya keluarga itu.
Ketika orang kehilangan teman, orang baru sadar betapa berharganya
seorang teman itu. Ketika kehilangan kesehatan, orang baru sadar betapa
berharganya kesehatan itu. Inilah yang terjadi saat rasa syukur itu
bukan lagi menjadi sesuatu yang patut dilakukan atas setiap sel-sel
kehidupan, ketika rasa syukur itu memudar sedikit demi sedikit saat kita
merasa terlalu nyaman dengan 'this-is-my-life-what-is-your-bussiness?'.
Yeah, I'm the one with that syndrome setelah seminggu ini ditegur sama Tuhan (thank God)
dan baru tertampar dengan kotbah di ibadah kebaktian pemuda gereja
malam ini. Seminggu ini aku yang selalu merasa kuat dan tangguh akhirnya
tumbang juga. Disaat harus belajar dan ujian, hal yang paling sulit
adalah dalam kondisi sakit dan jauh dari keluarga. Tiga hari di awal
minggu tersebut, aku menyangkal teguran itu dan tetap bertahan dengan
kekuatanku sendiri, aku tidak mungkin kalah dengan kelemahan ini. Itu
pikirku. Tapi dihari keempat, di malam menjelang ujian, I'd losed my focus and felt so dizzy.
Jangankan belajar, bernafas saja sulit. Disitulah aku berdoa kepada
Tuhan meminta kesembuhan. Luar biasa beberapa menit setelah aku berdoa,
Tuhan menjawabnya. Aku sehat kembali. Bersyukur sekali rasanya saat itu.
Memanglah kesehatan itu menjadi disadari sangat berharga ketika kita
jatuh sakit.
Tapi setelahnya, ya balik lagi. 'This-is-my-life-what-is-your-bussiness?',
lupa kalau ada campur tangan Tuhan dalam kepulihanku. Sampai ketika,
malam ini di ceritakan bagaimana penyertaan dan kasih setia Tuhan ketika
ancaman pembunuhan mengancam Daud. Satu ayat dari Mazmur 15:17 "Tetapi
aku mau menyanyikan kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai
karena kasih setia-Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku,
tempat pelarianku pada waktu kesesakanku". Didalam ancaman, Daud
masih mau bersorak-sorai atas kasih setia Tuhan Allah, sungguh hal ini
bergeming nyaring di hatiku. Ini bukanlah hidup yang terjadi karena
kekuatanku, ini bukan hidupku. Aku menyadari bahwa hidupku dan hidupmu bisa benar-benar
hidup semata-mata hanya karena kasih setia Tuhan Allah, dan semestanya
memang hidup ini adalah milik Tuhan. Kekuatan dan ketangguhan yang aku
dan kamu rasakan saat ini adalah salah satu bagian kecil dari kasih
setia Tuhan yang diberikan kepada umatNya, bukan karena kuat kita sendiri. Aku jadi teringat satu lagu
yang juga dinyanyikan pada ibadah kebaktian pemuda malam ini. Lagu yang
sangat ingin aku nyanyikan namun aku tak berdaya untuk menyanyikannya,
entah kenapa suaraku tidak keluar sama sekali. Mungkin Tuhan sedang
menyuruhku untuk mendengarkan saja setiap lirik dan alunan musik lagu
ini. Dan aku tertegun.
Kasih setiaMu yang kurasakan
Lebih tinggi dari langit biru
KebaikanMu yang t'lah Kau nyatakan
Lebih dalam dari lautan
BerkatMu yang telah ku terima
Sempat membuat ku terpesona
Apa yang tak pernah ku pikirkan
Itu yang Kau sediakan bagiku
Siapakah aku ini Tuhan jadi biji mataMu?
Dengan apakah ku balas Tuhan s'lain puji dan sembah Kau?
Itulah
respon yang bisa aku komitmenkan saat ini. Betapa berharganya setiap
detik hidup ini oleh kasih setiaNya. Betapa berharganya nafasku, bertapa
berharganya keluargaku, betapa berharganya temanku, betapa berharganya
kesehatanku, dan betapa berharganya kehidupanku, ALL THE TIME. Every
single of my breath, life is too precious to be wasted because the Lord
has given it to us without asking any reciprocity. Jadi, bersyukurlah! Puji dan sembahlah Tuhan Allah yang telah menyatakan kasih setiaNya dalam hidup ini.
Wish it can be a blessing,
Dewi Lestari Natalia.