- Pakailah baju panjang, sunglasses, sunblock, dan topi atau payung jika ingin mengunjungi taman wisata ini disiang hari karena pasti terik matahari akan sangat membakar tubuhmu.
- Tidak boleh membawa hewan peliharaan, kamera (hanya boleh kamera handphone saja), dan makanan ke dalam kawasan wisata. Boleh sih bawa, tapi kena charge. Kalau tidak ingin kena charge, barang-barang tersebut wajib dititipkan di petugas taman wisata.
- Jangan ragu untuk menjelajahi seluruh spot-spot menarik di taman wisata ini, dapatkan foto-foto yang keren di setiap spotnya.
- Isi penuh tumblr-mu dengan air mineral karena kantin letaknya jauh di depan dekat pintu masuk, repot kan kalau kehausan dan harus ke kantin dulu untuk beli minum.
- Bawa powerbank hehe untuk mencegah habisnya baterai handphonemu saat keasikan foto-foto.
This Eid Mubarak holiday, I did not go anywhere because I was too hectic with my busy bla-bla-bla activities. So, I decided to spent my holiday around Jakarta (mumpung semua orang Jakarta lagi pada mudik) to Taman Wisata Alam Mangrove. Holiday with Kak Devy, Bang Dodo, Kak Evi, Kak Christina, Cindy, dan Arna in the first day of Eid Mubarak was unplanned holiday.
How to go there?
Dari Stasiun Bekasi bisa naik commuter line sampai Stasiun Kota dengan tiket seharga Rp 3.000,- kemudian dilanjutkan dengan naik bis sejenis Trans Jakarta, yaitu BKTB (Bus Kota Terintegrasi Busway) ke arah Pantai Indah Kapuk. Tiket untuk BKTB seharga Rp 6.000,- (Rp 3.500,- dibayarkan di loket Trans Jakarta dan Rp 2.500,- dibayarkan di dalam bus). Turun di Yayasan Budha Tzu Chi PIK. Katanya sih nunggu bis BKTB ini lama banget, tapi saat itu kami hanya menunggu kurang dari 3 menit hehe rejeki lebaran kali yee. Dari Yayasan Budha Tzu Chi kita tinggal jalan mengikuti panah jalan sekita 300 meter untuk sampai ke Pintu Masuk Taman Wisata Alam Mangrove.
How much we must pay?
Tiket masuk yang dikenakan sangat murah meriah. Untuk pengunjung domestik sebesar Rp 25.000,- per orang, sedangkan untuk turis asing sebesar Rp 125.000 per orang. Untuk wisata air dikenakan biaya ekstra tergantung dari perahu yang ingin di sewa dengan range harga Rp 100.000,- sampai dengan Rp 250.000,-. Ada juga paket penanaman mangrove yang jelas akan dikenakan biaya tambahan.
What we do in Taman Wisata Alam Angke Mangrove?
Buat kamu yang sangat bosan dengan hiruk pikuk ibu kota, taman wisata ini cocok untuk dikunjungi. Tapi jangan berharap kalau taman wisata ini 'adem' dan teduh. Sayangnya taman wisata ini masih terlihat gersang dan sangat panas di siang hari. Tapi pemandangannya, ya lumayanlah untuk menghijaukan mata. Tempat ini juga lagi hits banget di social media, untuk jadi ajang foto-foto. Karena memang view di taman wisata ini beda dari yang lain, cukup unik dan keren. Selain foto-foto, kita juga bisa menanam mangrove dan berwisata air dengan perahu menyelusuri danau buatan di dalam taman ini. Di samping itu, taman wisata ini juga menyediakan tempat untuk bermalam atau berkemah dengan fasilitas berupa pondok inap AC dan non AC, api unggun, area bermain, aula, dan tempat berkumpul.
Here're some tips:
Berwisata alam di Ibu Kota bisa jadi satu alternatif liburanmu jika kamu sudah cukup jenuh dengan suasana mall. Dengan biaya yang cukup murah dan waktu perjalanan yang singkat, kamu bisa mendapatkan banyak spot bagus untuk koleksi foto-fotomu. Selamat berwisata alam!!!
Happy green holiday!
Dewi Lestari Natalia.
"Don’t let anyone look down on you because you are young, but set an example for the believers in speech, in conduct, in love, in faith and in purity"
1 Timothy 4:12
1 Timothy 4:12
"Let your conversation be always full of grace, seasoned with salt, so that you may know how to answer everyone."
(Kolose 4:6)
Lately, gue merasa semakin sering mendengar perkataan yang sia-sia diucapkan oleh orang-orang sekitar gue. Bukan cuma sama orang-orang sekitar, bahkan media telekomunikasi seperti televisi juga sering kali mengumbar dan berkomentar dengan perkataan yang menurut gue gak perlu untuk diucapkan. Jangan salah, perkataan yang sia-sia bukan sekedar perkataan jorok dari kebun binatang, perkataan yang menyindir dan menyakitkan hati orang lain itupun termasuk perkataan sia-sia.
Sebenarnya semua kata-kata itu baik adanya jika digunakan dalam arti yang sebenarnya. Tapi jika kata-kata tersebut dikatakan tidak dalam arti yang sebenarnya, watch out, bisa jadi kata-kata yang sia-sia. Let me tell you, misalkan kata 'Anjing', anjing adalah hewan ciptaan Tuhan. Jika kita berkata "Wah, kamu pelihara anjing yah?" that's good karena anjing dikatakan dalam arti yang sebenarnya. Tapi kalau "Woy, gak gitu kali, Njing haha", gimana tuh? Bercanda sih memang, dan mungkin juga orang yang kita panggil 'Njing' itu gak akan marah karena dia adalah teman dekat kita. Namun, pemakaian kata-katanya salah, jelaslah temannya itu manusia dan bukan anjing, mau emang disamaain sama anjing? Kata anjing itu dipakai dalam arti yang tidak tepat, maka perkataan itu akan menjadi sia-sia untuk diucapkan karena tidak membangun sama sekali.
Belum lagi sindiran-sindiran yang sering dicelotehkan dan ditujukan untuk orang lain yang tidak kita sukai. Seperti maraknya siaran debat di televisi yang saling menyindir satu sama lain. Bukannya memperbaiki kondisi tapi pasti malah mengacaukan dan membangkitkan amarah salah satu pihak. Gosip, ini adalah salah satu contoh perkataan sia-sia yang paling sering diucapkan atau didiskusikan oleh kaum hawa. Kata siapa gosip itu tidak menarik? Ngegosipin orang justru adalah hal yang paling menyenangkan bukan? Tapi adakah kasih yang tersirat atau tersurat dalam gosip itu?
Kolose 4:6 ini mengingatkan gue kembali bahwa dalam berkata-kata haruslah penuh dengan kasih, jangan hambar (NIV verse told: harus dibumbui garam agar tidak hambar). Kitab Kolose ditulis oleh Paulus untuk jemaat Kolose. Tujuan ditulisnya adalah untuk memberantas ajaran palsu di Kolose dan menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru bersama Kristus. Dalam bahasa yang ditulis Paulus, banyak dituliskan nasihat-nasihat praktis untuk menghimbau jemaat agar memiliki hidup berdasarkan pada Kristus. Untuk lebih lengkapnya dapat dibaca di sini tentang sejarah Kitab Kolose.
Ayat ini adalah sebuah perintah (Hendaklah!) kepada kita untuk berkata-kata penuh kasih. Artinya, kata-kata tersebut haruslah menyenangkan. Tutur kata seorang percaya seharusnya menyenangkan, menarik, baik hati, dan sangat ramah. Perkataan itu harus merupakan hasil dari pekerjaan kasih karunia Allah di dalam hati kita dan kita mengucapkan kebenaran dengan kasih, seperti juga dalam Efesus 4:15 tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Berkata juga janganlah mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak membangun, Efesus 4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
"Jangan hambar" menurut gue ini lebih ke sia-sia, does not give any impact. Tau kan rasa sayur tanpa garam? NIV menuliskannya 'seasoned with salt', memang yah anak-anak Tuhan tidak jauh dari garam dan terang. Markus 9:50 Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Dengan demikian kita akan tahu bagaimana memberi jawab atau berbicara kepada setiap orang lain. Tentunya dengan jawaban yang tidak menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain. Perkataan yang membangun dan penuh hikmat. Sehingga setiap orang yang mendengar dapat terberkati dengan perkataan yang kita ucapkan. Iblis mempunyai banyak akal untuk membuat kita tidak berhikmat dalam berkata-kata. Salah satunya menurut gue adalah melalui amarah dan emosi. Amarah dapat membuat kita tidak jernih berpikir dan akhirnya mengeluarkan kata-kata yang tidak berhikmat. Mintalah kepada Tuhan agar diberikan hikmat dalam berkata-kata, sehingga perkataan yang kita keluarkan membawa sukacita bagi yang mendengarkan.
So, mulai dari sekarang mari kita beraplikasi untuk berhikmat dalam berbicara dan menjaga setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Karena jika kata-kata yang keluar itu tidak tepat, maka tersakitilah hati orang yang mendengarkannya. Tuhan memberkati :)
Xoxo,
Dewi Lestari Natalia.
Terbang di atas ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut? Luar biasa!!! Pengen lagi dan lagi, beneran deh!!! Trip kali ini mencoba untuk sedikit menguji nyali dan menantang, yaitu Paralayang atau Paragliding di Puncak bersama dengan tujuh orang cewek-cewek tangguh yaitu ebi, icut, zahara, esra, icha, oliv, dan bea. Perjalanan dilakukan hari Sabtu tanggal 2 Mei 2015 diawali dengan berkumpul di Stasiun Bogor pukul 07.00 WIB.
How to go there?
Kami menyewa salah satu angkutan umum Kota Bogor untuk mengantarkan kami sampai ke tujuan, yaitu Bukit Paralayang. Jadi, karena bertepatan dengan long weekend, kawasan Puncak mengalami kemacetan lalu lintas yang sangat parah. Oleh karena hal itu tarif sewa angkot di Bogor mengalami kenaikan drastis. Pada hari normal, satu angkot jurusan Bogor sampai Puncak dapat di sewa seharga Rp 200.000,- sampai Rp 250.000,- (pulang-pergi) namun berhubung sedang high-season holiday harga sewa angkot dipatok menjadi dua kali lipat sekitar Rp 400.000,- sampai Rp 500.000,-. Sudah mahal, macet pula ckck, perjalanan dari Bogor menuju Puncak yang normal ditempuh hanya 1 jam saja bisa menjadi 4 jam. Lokasi Bukit Paralayang ini terletak di Kawasan agrowisata (Naringgul) Gunung Mas atau lebih dikenal dengan Bukit Gantolle. Sekitar 300 meter dari Masjid At-Ta’awun lalu tinggal belokkan setir dan pasang mata ke kanan jalan (arah Jakarta).
How much we must pay?
Tiket masuk perorangan ke kawasan tersebut sebesar Rp 13.000,- (sudah termasuk asuransi), mobil Rp 5.000,- dan motor Rp 2.000,-. Kawasan tersebut ditutup pada jam 17.00 WIB. So, sebaiknya datanglah ke sana sebelum sore hari. Rombongan kami tiba di lokasi sekitar pukul 15.00 WIB dan Puji Tuhan, cuaca cerah (tidak panas), angin stabil, tidak ngantri, dan bisa langsung terbang menghilangkan kepenatan selama di perjalanan. Sekali terbang dikenakan biaya Rp 350.000,- (include sertifikat dan asuransi) untuk orang lokal dan Rp 400.000,- untuk WNA.
Pendaftaran dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari H, dengan menghubungi kontak dari pihak Bukit Paralayang. Pendaftaran on the spot sebenarnya bisa dilakukan, namun prioritasnya tetap untuk pendaftar yang sudah booking dan DP jauh-jauh hari. DP di transfer ke rekening Pak Nixon dengan nominal Rp 50.000,- per orang. Sedangkan sisanya bisa dibayarkan langsung di bagian pendaftaran. Karena sudah mendaftar jauh-jauh hari, sesampai di sana kami langsung melakukan pelunasan, pendataan nama urutan terbang dan langsung diarahkan untuk terbang.
How to go there?
Kami menyewa salah satu angkutan umum Kota Bogor untuk mengantarkan kami sampai ke tujuan, yaitu Bukit Paralayang. Jadi, karena bertepatan dengan long weekend, kawasan Puncak mengalami kemacetan lalu lintas yang sangat parah. Oleh karena hal itu tarif sewa angkot di Bogor mengalami kenaikan drastis. Pada hari normal, satu angkot jurusan Bogor sampai Puncak dapat di sewa seharga Rp 200.000,- sampai Rp 250.000,- (pulang-pergi) namun berhubung sedang high-season holiday harga sewa angkot dipatok menjadi dua kali lipat sekitar Rp 400.000,- sampai Rp 500.000,-. Sudah mahal, macet pula ckck, perjalanan dari Bogor menuju Puncak yang normal ditempuh hanya 1 jam saja bisa menjadi 4 jam. Lokasi Bukit Paralayang ini terletak di Kawasan agrowisata (Naringgul) Gunung Mas atau lebih dikenal dengan Bukit Gantolle. Sekitar 300 meter dari Masjid At-Ta’awun lalu tinggal belokkan setir dan pasang mata ke kanan jalan (arah Jakarta).
How much we must pay?
Tiket masuk perorangan ke kawasan tersebut sebesar Rp 13.000,- (sudah termasuk asuransi), mobil Rp 5.000,- dan motor Rp 2.000,-. Kawasan tersebut ditutup pada jam 17.00 WIB. So, sebaiknya datanglah ke sana sebelum sore hari. Rombongan kami tiba di lokasi sekitar pukul 15.00 WIB dan Puji Tuhan, cuaca cerah (tidak panas), angin stabil, tidak ngantri, dan bisa langsung terbang menghilangkan kepenatan selama di perjalanan. Sekali terbang dikenakan biaya Rp 350.000,- (include sertifikat dan asuransi) untuk orang lokal dan Rp 400.000,- untuk WNA.
Pendaftaran dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari H, dengan menghubungi kontak dari pihak Bukit Paralayang. Pendaftaran on the spot sebenarnya bisa dilakukan, namun prioritasnya tetap untuk pendaftar yang sudah booking dan DP jauh-jauh hari. DP di transfer ke rekening Pak Nixon dengan nominal Rp 50.000,- per orang. Sedangkan sisanya bisa dibayarkan langsung di bagian pendaftaran. Karena sudah mendaftar jauh-jauh hari, sesampai di sana kami langsung melakukan pelunasan, pendataan nama urutan terbang dan langsung diarahkan untuk terbang.
What we do in Bukit Paralayang?
Tidak banyak breifing yang disampaikan oleh instruktur, hanya arahan untuk berlari dan rileks diawal-awal terbang. Sebelum terbang, badan kita dipasangkan alat pengaman dan ransel besar yang bisa juga digunakan untuk menyimpan tas kita. Semua alat pengaman dipastikan oke dan nyaman dipakai, selain itu jangan khawatir karena ada instruktur bersertifikat yang akan mendampingi kita terbang di udara selama 5-10 menit. Saran gue sih, sepersuasif mungkin kita harus melakukan pendekatan kepada instruktur pendamping biar kita di bawa terbangnya lama. Selain itu kalau kamu berani, request aja manufer-manufer atau gaya-gaya terbang yang di luar dari kebiasaan, pasti bakal jadi lebih seru hehe.
Di udara, something you must to do is taking picture. It's safe kok bawa kamera atau tongsis atau handycam di udara asal dipegang dengan erat. Selfie juga bisa loh hihi. Benar-benar amaze banget sama pemandangan di udara, keren banget, sumpah! Jarang-jarang menikmati pemandangan seperti ini dan bisa merasakan rasanya terbang melayang bak burung-burung di udara. Pretty cool! I feel like I'm literally on the top of the world, yiipiieee!!! Angkat kaki tinggi-tinggi, begitulah cara landing yang dianjurkan oleh instruktur, gak berasa tiba-tiba sudah duduk diatas tanah. Tidak ada perasaan takut atau deg-deg-an sama sekali, adanya malah ketagihan dan ingin terbang terus-menerus hehe.
Setelah landing, di lapangan landing akan ada jasa foto dari para crew, dimana satu foto dikenakan biaya Rp 30.000,- per foto dengan ukuran 8R atau Rp 5.000,- per foto untuk soft copy saja (jadi kalau mau soft copy, bring your own disk). Oh ya, untuk sertifikat terbang bisa diambil setelah terbang di meja pendaftaran atau bisa request ke pihak yang bersangkutan untuk dikirimkan via JNE.
Here're some tips:
- Kita gak tahu kondisi angin di atas bagaimana, jadi better kalau kita stand by dari pagi hari sembari menunggu kondisi angin yang memungkinkan untuk terbang. Karena kalau datang terlalu sore, bisa jadi penerbangannya sudah tutup.
- Pakailah baju dan celana panjang yang sekiranya nyaman digunakan (short pants is able, tapi kondisi di atas cukup dingin jadi emang better pakai celana panjang). Don't use skirt or baju ketekan haha. Dan kalau perlu ya pakai jaket, kalau emang kamu gak kuat angin.
- BRING YOUR CAMERA! It's a must! Don't be affraid, it's safe! Sebenarnya ada juga jasa penyewaan Go Pro Camera dengan biaya sewa Rp 150.000,- jika kamu berminat.
- Use sunblock untuk mukamu, menghindari terik matahari kalau kamu kebagian terbang pada siang hari.
- Bring some snacks or foods and drinks. Trust me bakalan susah buat cari makan, apalagi makanan berat.
- Berat badan minimal 45 kg dan maksimal 90 kg. So, watch out your weight!
- Pakai sepatu sport atau sepatu yang tidak mudah lepas dari kakimu. Jangan pakai sendal yah, riskan banget jatuh soalnya.
Paralayang atau paragliding ini bisa jadi alternatif liburan kamu, if you bored with the mall or city hurly-burly. Selain tempatnya yang dekat dengan ibu kota, keseruan terbang di atas awan bisa membantumu menjernihkan kembali pikiran yang suntuk sebelumnya. So, happy paragliding! You won't regret it :)
On the top of the world |
Safety first |
After paragliding landing |
With paragliding team of trip
(Ki-Ka: Dee, Bea, Icut, Icha, Oliv, Esra, Zahara, dan Ebi) |
I believe I can fly,
Dewi Lestari Natalia.
My heart is broken to see my country even the world break. Lack of empathy, less of hearing, pieces of ignorance, ironically in this democracy country, we lost the taste of itself. We are starting growing up individually, and second by second lost of our connection to each other. It breaks my heart when watch people complaining, blaming, dropping, and fighting each other, even the government. Where is sincerity? I ponder. And when we no longer recognize kindness and only strive for competition or satisfaction, where is the joy in this life? Has sisterhood traveled too far? Hmm...
In the middle of globalization issues, what is your opinion? And how do you do with that? In the news of media, I see people have their own opinion and they speak up about that. It's nice. But if you speak without hearing or caring, maybe you feel that yours the one and only truest opinion, where is the value of empathy? People is judging. Almost all the judgments designated to our government or at least to people with the highest position around the issues. Why it must be concern to the leaders? Didn't we realize that maybe we included take the responsibility for the outstanding issues?
Breathing a bit, talking about the issue of prostitution, for example. There're some plans of government policies concerned with the issue. Then, let's move to execution. The government dared to take the action to do the execution for narcotics convicts. And how about the Asian-African Conference commemoration? Does it just the responsible of the government? Maybe mostly yes, but it didn't mean that it regardless the society responsibility, right? So how do you deal with that? What is the right option we shall do? I think there are some things which can we do. Let's role down your eyes in the next sentences:
- Think positively - "Thinking positively changes you whole perspective on life" by Unknown. Who's agree with this statement? I am. Yeah, I suggest you to see whole the issues with positive side. Because it will help you positioning yourself as others. You'll think as if you were them. Although, all the issues have any positive and negative sides, but trust me, if you get the positive one, you will never complaining of something.
- Positioning yourself as others position - This one is the next step after you succeed thinking positively. You should try to feel how others feel in their own position. Let's take an example, if there's an issue about Jakarta which involve the governor of Jakarta, get the positive thinking after that try to positioning yourself as a governor of Jakarta or Jakarta's people. Ah, you can try positioning yourself into one or two characters.
- Don't Judge! - I think the quote "Don't judge a book by its cover" still prevail until this time. So, do we. Especially if we do not know for sure about the truth of the existing. Judging will make an injustice condition. It also hurt someone's heart because it didn't suitable between people's judgement and the their self indeed. Judging will aggravate the issues.
- Talk less, do more! - The word which we must speak up, please speak! But remember, balance your word with action. The smallest of actions is so much better or braver or smarter than the biggest of intentions. This thing is not about the society, but also for the leader in all position. Leadership is all about making good things happen. About getting great things done. About the translation of beautiful ideas into brilliant results.
Yups, overall we must see the issues in many perspective, not just in your perspective or him or her. Be careful, we have surely though positively, stopped judging, talked less, did more, but sometimes still we feel lack of all that things, still complaining with the word 'but'. This word always manages to diminish the positivity that was previously said, reminding us again and again that almost is never enough (like Ariana Grande said). Basically why we always think the government consists of obnoxious individuals when solve the issues and why they sometimes seem irritating when dealing with us might depend on our mindset about them and the issues itself.
I personally think the problem of the issues is well rooted in the mindset of each individual of human society. The chap on the highest seat in the government organization might change but the human resource stays the same. Or whatever, whoever it is, we will face on the issues. And that's not as bad as you think. The reason why I write this post is because I respect somebody who'd dedicate his or her life to serve this great country in the middle of so many outstanding issues. They deserve the perks. If they serve the country. If they serve wholeheartedly and get full supporting from the society. It should be. So, Is the world breaking because of the issues? Maybe. But we can save it, together.
Sincerely wish this made sense,
Dewi Lestari Natalia
I personally think the problem of the issues is well rooted in the mindset of each individual of human society. The chap on the highest seat in the government organization might change but the human resource stays the same. Or whatever, whoever it is, we will face on the issues. And that's not as bad as you think. The reason why I write this post is because I respect somebody who'd dedicate his or her life to serve this great country in the middle of so many outstanding issues. They deserve the perks. If they serve the country. If they serve wholeheartedly and get full supporting from the society. It should be. So, Is the world breaking because of the issues? Maybe. But we can save it, together.
"Also, seek the peace and prosperity of the city to which I have carried you into exile. Pray to the LORD for it, because if it prospers, you too will prosper."
(Yeremia 29:7)
Sincerely wish this made sense,
Dewi Lestari Natalia
It's a passover time of this year that reminded and reprimanded me hardly about how to struggle in the hard situation, when you felt alone and thought that Jesus didn't care about your life. In the passover devotion in my church last night, the preacher told the story about a hymn song writer, Horatio G. Spafford. The preacher told us how Spafford can struggle in the middle of his pain and sadness. All of Spafford's story is written in the song "It is Well with My Soul" or "Dung Sonang Rohangku" in the bataknese.
Background Story
Horatio Spafford (1828-1888) was a wealthy Chicago lawyer with a thriving legal practice, a beautiful home, a wife, four daughters and a son. He was also a devout Christian and faithful student of the Scriptures. His circle of friends included Dwight L. Moody, Ira Sankey and various other well-known Christians of the day.
At the very height of his financial and professional success, Horatio and his wife Anna suffered the tragic loss of their young son. Shortly thereafter on October 8, 1871, the Great Chicago Fire destroyed almost every real estate investment that Spafford had.
In 1873, Spafford scheduled a boat trip to Europe in order to give his wife and daughters a much needed vacation and time to recover from the tragedy. He also went to join Moody and Sankey on an evangelistic campaign in England. Spafford sent his wife and daughters ahead of him while he remained in Chicago to take care of some unexpected last minute business. Several days later he received notice that his family's ship had encountered a collision. All four of his daughters drowned; only his wife had survived.
With a heavy heart, Spafford boarded a boat that would take him to his grieving Anna in England. It was on this trip that he penned those now famous words, When sorrow like sea billows roll; it is well, it is well with my soul..
Philip Bliss (1838-1876), composer of many songs including Hold the Fort, Let the Lower Lights be Burning, and Jesus Loves Even Me, was so impressed with Spafford's life and the words of his hymn that he composed a beautiful piece of music to accompany the lyrics. The song was published by Bliss and Sankey, in 1876.
For more than a century, the tragic story of one man has given hope to countless thousands who have lifted their voices to sing, It Is Well With My Soul.
Song Lyric
When peace, like a river, attendeth my way,
When sorrows like sea billows roll;
Whatever my lot, Thou hast taught me to say,
It is well, it is well with my soul.
Refrain:
It is well (it is well),
with my soul (with my soul),
It is well, it is well with my soul.
Though Satan should buffet, though trials should come,
Let this blest assurance control,
That Christ hath regarded my helpless estate,
And hath shed His own blood for my soul.
My sin, oh the bliss of this glorious thought!
My sin, not in part but the whole,
Is nailed to His cross, and I bear it no more,
Praise the Lord, praise the Lord, O my soul!
For me, be it Christ, be it Christ hence to live:
If Jordan above me shall roll,
No pang shall be mine, for in death as in life
Thou wilt whisper Thy peace to my soul.
And Lord haste the day, when my faith shall be sight,
The clouds be rolled back as a scroll;
The trump shall resound, and the Lord shall descend,
Even so, it is well with my soul.
“Be careful for nothing; but in every thing by prayer and supplication with thanksgiving let your requests be made known unto God. And the peace of God, which passeth all understanding, shall keep your hearts and minds through Christ Jesus."
(Philippians 4:6-7)
References:
http://www.sharefaith.com/guide/Christian-Music/hymns-the-songs-and-the-stories/it-is-well-with-my-soul-the-song-and-the-story.html
....
Dewi Lestari Natalia.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)