In Life Profesional

Sarjana Teknik

Dewi Lestari Natalia Marpaung, S.T

15 Januari 2014

Tanggal itu adalah tanggal yang sangat bersejarah buat gue, dimana gue menghadapi sidang skripsi. Kuliah selama 3,5 tahun di Teknik Metalurgi dan Material Universitas Indonesia diuji pada tanggal itu. Kalau beberapa hari yang lalu gue ngepost betapa deg-degannya perasaan gue menjelang sidang, sekarang gue ngepost betapa senang dan sukacitanya gue setelah sidang. Puji Tuhan sidang skripsi berjalan dengan lancar. 

Dua minggu ini memang sedang musim sidang di Fakultas Teknik UI, apalagi di Metal, sekitar 40-an anak angkatan 2010 menjalani sidang, baik itu sidang seminar atau pun sidang skripsi. Kebetulan saat sidang seminar beberapa minggu yang lalu, gue sangat santai dan gak ada takutnya sama sekali. Berbeda dengan sidang skripsi ini yang super duper meneggangkan. Ditambah lagi Tugas Akhir gue yang penuh halangan dan rintangan. Puji Tuhan semuanya berlangsung lancar pada hari Rabu tanggal 15 Januari 2014. Tuhan memberikan gue ketenangan yang luar biasa, Dia beserta gue saat gue benar-benar takut dan khawatir.

Filipi 4:13 yang adalah motto hidup gue, kembali menguatkan gue di hari-hari sebelum sidang, begini Firman Tuhan "Segala perkara dapat ku tanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku".

Terima kasih untuk Mami dan Papa yang selalu mengingatkan gue untuk tetap berdoa dan melakukan yang terbaik. Terima kasih kepada dosen pembimbing, Prof Bondan untuk motivasi, semangat, dan pembelajarannya. Terima kasih untuk Ain dan Epson sebagai rekan TA. Terima kasih kepada GREPE, PSPO, PKK 2010, Genk Sanput, Metal 2010, dan semua teman-teman, saudara-saudara yang sudah mendoakan dan mendukung gue selama kurang lebih hampir satu tahun mengerjakan tugas akhir ini. Dan yang paling utama adalah, terima kasih untuk Tuhan Yesus atas segalanya yang gak bisa disebutkan satu per satu. Bersyukur banget punya Tuhan yang sangat luar biasa yang memberikan orang-orang yang luar biasa juga dalam hidup gue.

Rasanya sedih banget mengingat sebentar lagi bakalan ninggalin dunia kuliah, ninggalin kampus, ninggalin persekutuan kampus, ninggalin kosan, ninggalin temen-temen Metal 2010 yang masih berjuang kuliah, benar-benar sedih. Rasanya juga agak takut untuk masuk ke dunia pasca kampus, masih bergumul untuk ke depannya dan terus mendoakan. Sekarang tinggal ngurus revisian dan menunggu status SIAK-NG berubah jadi "LULUS" dan hello Sarjana Teknik :)



-bersambung-
Maaf telat ngepost hehe
Sampai jumpa di cerita tentang wisuda tanggal 8 Februari 2014 :)




Sarjana Teknik,
Dewi Lestari Natalia.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Personal

Untitled

Kuliah selama 3,5 tahun sebentar lagi akan berakhir, tepatnya 3 hari lagi, yaitu tanggal 15 Januari 2014.
Benar-benar tak terasa, pengerjaan tugas akhir dan penelitian selama kurang lebih satu tahun akan diuji dalam waktu tiga hari lagi. Perasaan? Hmm, perasaannya campur aduk, antara seneng, takut, deg-degan, sampai speechless tidak tahu mau dinamakan apa perasaan ini.

Hari ini, H-3 sidang skripsi, hari Minggu, sepanjang hari turun hujan. Banjir dimana-mana dan Kota Bekasi disulap menjadi seperti Puncak yang sangat dingin. Tapi ini tidak berpengaruh sama perasaan deg-degan yang terus terasa dalam kepala dan dalam hati. Waktu gereja ketemu banyak teman-teman gereja yang bertanya: "Dee, gimana sidangnya?", "Kapan sidang, Dee?", "Wah, udah mau selesai yah?" dan lain sebagainya. Sejujurnya pertanyaan-pertanyaan itu sangat sulit untuk dijawab, tapi aku menganggap itu sebagai dukungan dan doa-doa mereka. Mami dan Papa juga selalu mempertanyakan hal tersebut di rumah saat waktu senggang kami ngobrol-ngobrol. Aku gak bisa menjelaskan jawaban pertanyaan-pertanyaan mereka, tapi melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut aku jadi diingatkan lagi untuk melakukan yang terbaik agar aku kelak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jawaban yang baik juga.

Ucapan selamat hari Minggu dari rekan sepelayanku tadi pagi sangat menegur dan mengingatkanku, begini isi smsnya:

-"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"" Markus 40:4. Apapun pergumulan kita saat ini, belajar untuk serahin semuanya ke Tuhan :) Happy Sunday! Gbu-

Satu hal yang aku percaya, Tuhan tidak akan meninggalkan anakNya, Ia akan memberikan kelegaan kepada orang yang sedang kesesakan, memberikan kedamaian pada semua orang. Satu lagu dari Kidung Jemaat nomor 364 yang berjudul "Berserah kepada Yesus" bagian reff-nya menjadi penguatanku selama mengerjakan tugas akhir ini. Dalam versi bahasa aslinya, reff lagu ini berbunyi: "I surrender all, I surrender all. All to Jesus, I surrender. I surrender all".

-bersambung-
Tunggu cerita selanjutnya 3 atau 4 hari setelah post ini.
:)




Selamat sidang,
Dewi Lestari Natalia.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Thoughts Tips & Tutorial

What God Wants You to do Today

Sunday morning on the second week of December, I read this from tumblr and thank you for anyone who has made it. It's really reminding me again and again. I suggest you to read this and do this everyday in your life, I'm sure you would be a bless and nice person.

What God Wants You to do Today?? Here they are:
1. Be Thankful. Give thanks for Today and for all you have. God’s Will for our life includes a constant spirit of gratitude regardless of our circumstances. When we choose to give thanks, even if our circumstances don’t improve, our perspective certainly will.
“This is the day the LORD has made. We will rejoice and be glad in it.” Psalm 118:24
“Rejoice always, pray continually, give thanks in all circumstances; for this is God’s will for you in Christ Jesus.” 1 Thessalonians 5:16-28

2. Don’t Worry.
 Refuse to let fear rob you of your peace. God is bigger than whatever you’re stressed about! Give your worries over to Him.
“Don’t worry about anything; instead, pray about everything. Tell God what you need, and thank him for all he has done.” Philippians 4:6

3. Seek God.
 He wants a relationship with you. He wants you to pursue His Kingdom because you will eternally be part of it.
“You will seek me and find me when you seek me with all your heart.” Jeremiah 29:13
“Seek the Kingdom of God above all else, and live righteously, and he will give you everything you need.” Matthew 6:33
4. Help Others. We live in a selfish world, but selfishness isn’t part of God’s plan for any of our lives. He wants us to care for others every chance we get.
“Pure and genuine religion in the sight of God the Father means caring for orphans and widows in their distress and refusing to let the world corrupt you.” James 1:27
“Each of you should use whatever gift you have received to serve others, as faithful stewards of God’s grace in its various forms.” 1 Peter 4:10

5. Trust God.
 Every difficult circumstance in your life is something God will use for your good and His glory. He has great blessings in store for you. Trust Him and don’t give up!
“And we know that in all things God works for the good of those who love him, who[i] have been called according to his purpose.” Romans 8:28
“For I know the plans I have for you,” declares the LORD, “plans to prosper you and not to harm you, plans to give you hope and a future. “ Jeremiah 29:11

Reference:

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Song

The Name Lives On - David Phelps

Heavenly Father
We heard Your precious name
It stands to reason that a name is just a word
It can be easily be forgotten as soon as it is heard
But one name was spoken before the world's first day
And it will be here when everything that is has passed away

Reff:
Delivered from the lips of God 
To Mary's ears on angel wings 
Jesus, Jesus 
The word that came to life for us 
The song that all creation sings 
Jesus, oh, Jesus 
The proudest nations of the earth 
Have come and gone 
But Jesus, the name lives on 

When I'm awakened by a terrifying dream 
And desperation reaches up and clutches me 
When I am so afraid that I don't even know how to pray 
I simply speak it and I feel it and it chases fear away 

Eternal hope and promise 
The ever breaking dawn 
When time itself is over 
The name lives on



Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Song

When I Say That I Love You

When I Say That I Love You by Franky Sihombing

You feel that you're lonely, it doesn't prove you are alone
You feel that nobody wants you, it doesn't mean that no one cares about you
Listen to the words I say for I will always be by your side
You mean everything to Me, I will never leave you cause I love you so

If you think that you're nothing, before Me you are something beautiful
If you think that you can't do anything, but you can do a lot of things with Me
Listen to the words I say that I will always be by your side
You mean everything to Me, I will never leave you cause I love you so

When I say that I love you, it means I give the best for you
When I say that I love you, I will give everything for you
No more fear about the future and blame for the past
I'll give everything when I say that I love you

I want you to know that I died for you
I want you to know that I give all My life for you
When I say that I love you...

--

Sekilas lagu ini memang terkesan seperti lagu sekuler yang berbicara seputar cinta. Namun pada kenyataannya, lagu ini memang benar lagu cinta, lagu yang menunjukan betapa Dia sangat mencintai kamu (kita). Jangan salah mengartikan, lagu ini merupakan ungkapan perasaan Aku, yang disini adalah Tuhan Yesus sendiri, dengan kamu yaitu kita, anak-anakNya. Lagu ini mengungkapkan betapa Tuhan Yesus sangat mencintai dan mengasihi kita. Saat kita kesepian, saat tidak ada orang yang menginginkan kehadiran kita, saat kita merasa bahwa kita bukan siapa-siapa, atau pun di saat kita tidak bisa melakukan apa-apa, ada Tuhan Yesus yang selalu setia mencintai kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita dan membiarkan kita sendirian, Dia akan memberikan semua yang terbaik untuk kita. Bahkan Dia rela memberikan hidupNya, mati di kayu salib hanya untuk kita. Jadi jangan lagi kita takut akan hari esok dan terjebak dalam masa lalu, sebab saat Tuhan sudah menyatakan bahwa Dia mengasihi kita, Dia akan selalu ada buat kita.

Sedikit curhat tentang lagu ini, belakangan lagi suka banget sama lagu ini. Ditengah-tengah segelumit masalah yang ada, lagu ini berbicara banyak dan sangat menghiburkan. Saat ingin mengeluh, teriak, dan nangis sama Tuhan, lagu ini kembali berbicara dan menenangkan. Dan diantara segelumit itu, lagu ini mengajarkan untuk berbuat hal yang sama dengan orang-orang sekitar kita yang kita kasihi. Saat kita mengatakan bahwa kita mengasihi dan mencintai mereka, maka belajarlah untuk selalu ada buat mereka, memberikan yang terbaik untuk mereka, dan tak akan meninggalkan mereka. Seperti halnya Tuhan Yesus yang bahkan sampai rela memberikan hidupNya karena Dia sangat mengasihi kita, supaya kita dapat memperoleh hidup yang kekal, sukacita yang abadi dan penghiburan yang tiada henti. And I am learning about it...

Lagu ini dapat didengar disini :)

John 3:16"For God so loved the world that he gave his one and only Son, that whoever believes in him shall not perish but have eternal life"

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Thoughts

Sepenggal Cerita di Kota Tua

26 Agustus 2013
Cerita yang singkat namun panjang...

Siang itu aku dan kedua rekanku, Monica dan Juwita, pergi ke Kota Tua. Bukan, bukan untuk hunting foto atau jalan-jalan, tapi untuk mencari jasa pembuatan gambar karikatur yang akan kami berikan sebagai kenang-kenangan atas kelulusan kakak-kakak dan abang-abang kami di PSPO UI (Paduan Suara Persekutuan Oikumene UI). Setahu kami, banyak info mengatakan bahwa jasa pembuatan gambar karikatur dapat kita temui salah satunya di sekitar daerah Kota Tua. Sebelumnya diantara kami bertiga memang belum pernah menggunakan jasa tersebut dan kondisinya kami sudah lama tidak ke sini jadi kami harus meraba-raba kembali Kota Tua dari sisi ke sisinya. Baru memasuki setapak area Museum Kota Tua, terasa seperti ada atmosfer yang berbeda. Kalian pasti tau jalan menuju Museum Fatahillah dari arah Museum Mandiri yang khusus untuk pejalan kaki, dimana di sebelah sisi kiri kanan jalan terdapat batu berbentuk bola besar berjajar. Dari muka jalan, biasanya disitu sudah ramai dipenuhi oleh pedagang makanan khas Jakarta, seperti kerak telor, es potong, rokok, kopi, dan lain-lain (seingat kami sejak terakhir kami datang ke sini). Saat itu, tidak satu pun pedagang yang terlihat berjualan, sepi. Hanya terlihat beberapa gerombolan pengunjung wisata dan beberapa warga bukan pengunjung. Tidak terlalu fokus dengan hal tersebut, kami langsung mencari-cari keberadaan si pembuat karikatur. Sepanjang jalan, mataku terpaku pada beberapa orang di sisi jalan yang sedang duduk-duduk sambil bermain gitar. Yang membuat aku terpaku bukanlah dandanan mereka yang kurang rapi, berambut gimbal, pakaian seadanya, dan berbeda, bukan itu tapi buku gambar A3 yang terpajang di sebuah sandar lukis sederhana serta sebuah krayon hitam di sampingnya.

Dalam hati aku bertanya "apakah ini, dimana kita bisa membuat karikatur?", niat dalam hati ingin aku menghampiri dan bertanya langsung kepada mereka. Namun sambil melangkah pelan dan santai, aku urungkan niat tersebut, sebab aku takut melihat penampilan mereka. Ternyata hal yang sama dialami oleh kedua rekanku. Akhirnya kami pun meneruskan langkah kami.

Sampai persis di sebelah Museum Fatahillah, kami baru menyadari bahwa di sana banyak sekali pegawai Satpol PP berseragam sambil duduk-duduk. Awalnya kami tidak bertanya-tanya dan tetap meneruskan perjalanan. Di depan Cafe Batavia, kembali kami temukan segerombol Satpol PP dengan seragam yang sama. Berbelok ke arah indomaret dan Kantor Pos Indonesia, kami menemukan kembali banyak sekali Satpol PP berseragam berkeliling di sana. Mulailah kami bertanya-tanya "ada apa ini yah?". Namun sebatas itu saja, kami kembali fokus mencari keberadaan si pembuat karikatur yang tak kunjung ketemu. Karena sepertinya sejauh mata memandang tidak ada tanda-tanda keberadaan si pembuat karikatur, kami memutuskan untuk bertanya kepada salah satu bapak bersepeda ontel. Sejujurnya si bapak tidak menjawab perntanyaan kami, tapi dia bercerita "Hari ini sepi neng, patung-patung pada gak ada, penjual makanan juga, itu aja, sewa sepeda ontel juga cuma segitu. Hari ini lagi mulai penertiban Kota Tua neng, nanti semua penjual bakal dipindah ke kios-kios baru yang dibikin Bapak Walikota di sebelah sana. Mungkin mereka pada gak dateng karena takut ada penertiban kali. Besok mungkin udah rame neng, namanya juga baru hari pertama". Kurang lebih si bapak bercerita seperti itu. Dan itulah yang menjadi jawaban pertanyaan kami tentang Satpol PP "Oh, pantesan banyak Satpol PP, ada penertiban toh". Dalam hati, aku senang mendengar kabar tersebut. Batinku, ini kegiatan positif karena berdampak baik bagi banyak pihak. Pihak pengunjung dan wisatawan dapat dengan tenang berkunjung tanpa diganggu oleh pemandangan orang berjualan, dan mereka yang berjualan pun tidak kehilangan lapangan pekerjaan mereka karena toh akan ada tempat dan kios baru untuk mereka berjualan, solusi yang positif dari Bapak Walikota.

Kembali kami menelusuri sisi Kota Tua, namun nihil. Hal yang cari tidak juga terlihat. Sesaat saat kami sedang istirahat, aku teringat dengan buku gambar A3 diantara orang-orang yang menurutku 'menakutkan' di awal perjalanan kami. Aku pun mengatakan hal tersebut kepada kedua rekanku. Dan ternyata, Juwita pun melihat buku gambar tersebut. Sepikir denganku, dia tidak berhenti karena dia takut dengan penampilan orang-orang itu. Namun, sudah terlanjur kami kemari, kami tidak mau pulang dengan tangan kosong tanpa benar-benar berusaha. Akhirnya kami memutuskan untuk memberanikan diri kembali menemui orang-orang tersebut. Dengan keberanian penuh dan sedikit gemetar, kami menemui mereka dan bertanya "Bang, permisi di sini bisa bikin gambar sketsa atau karikatur?". Jawaban salah seorang dari mereka sangat mengagetkan kami, bukan kaget karena ketakutan, tapi kaget karena mereka begitu ramah dan hangat. Pelajaran pertama: don't judge a book by its cover!!!. Tidak sebatas itu, bahkan kami (Aku, Monica, Juwita, dan komunitas karikatur) ngobrol dengan akrabnya, berbagi cerita, bertanya, dan tertawa. Menyenangkan. 

Kenalan singkat melalui cerita dan obrolan akhirnya kami mengetahui bahwa yang paling banyak bicara dengan kami sekaligus yang paling muda bernama Andre, rekannya yang lain bernama El, dan si abang pelukis yang selalu dipanggil 'Bang' oleh semuanya. Sekilas, mereka bukan hanya pembuat sketsa dan karikatur, mereka pengukir kayu, punya band, bahkan mereka pernah datang ke Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia dalam acara Pagelaran Wayang (salah satu acara mahasiswa FIB UI, entah jurusan apa dan kapan waktunya). Intinya mereka adalah pelaku seni. Mungkin inilah yang membuat penampilan mereka berbeda dengan orang-orang pada umumnya dan terkesan 'menakutkan'. Sembari ngobrol, si pelukis yang biasa dipanggil 'Bang' oleh teman-temannya sedikit bercerita ketika kami tak sengaja mencetuskan kenapa hari ini suasananya sepi dan berbeda dari biasanya, "Ada penertiban. Tapi kami gak mau ditertibkan, kami gak mau pindah, kami tetap datang gak seperti yang lain yang tidak datang." Kembali Ia melukis sambil meneguk kopi dan menghisap rokoknya, "Emang sih udah di kasih tau dari kemarin. Katanya peduli, tapi kenapa baru sekarang? Setelah selama ini. Penertiban ini hanya akan menghilangkan esensi, rasa dan khas Kota Tua. Tertib apanya? Sepi sih iya. Pohon besar depan museum ditebang, orang-orang yang biasa di sini jadi gak boleh jualan lagi. Kami gak mau atmosfer Kota Tua yang telah kami bangun puluhan tahun ini hilang begitu saja, makanya kami tetap di sini". Wow, rasanya menusuk hati. Ingat pemikiranku dalam hati setelah kami berbicara denga si bapak sepeda ontel? Pelajaran kedua: jangan terlalu cepat menilai sesuatu hanya dari satu sudut pandang saja!!! Selama ini, kebanyakan kita (termasuk aku) yang hanya sebagai pengamat, bukan suatu masalah jika ada hembusan penertiban dengan tujuan memperindah pemandangan tanpa kehadiran orang-orang yang berperan sebagai penikmat (menikmati hidup mereka bertahun-tahun di posisi yang sama, entah itu bekerja atau mencari penghasilan yang jelas mereka akan menganggap tempat tersebut adalah rumah kedua mereka, itu akan menjadi nikmat tersendiri bagi mereka). Tapi bagi si penikmat, penertiban ini adalah suatu kesedihan dan kekecewaan, penghilang rasa yang awalnya telah terciptakan. Si 'Bang' menegurku dengan ceritanya.

Selagi menunggu karikatur selesai dilukis, kami melihat gerak-gerik orang yang lalu lalang di depan kami. Beberapa kali, aku melihat orang mengambil foto kami yang sedang duduk bersama komunitas pelaku seni di pinggir jalan depan bangunan kuno di sana. Mereka mengambil foto dari jarak jauh tanpa melemparkan kontak mata dengan kami yang ada di situ. Tahukah kalian apa yang aku rasakan? Aku merasa jadi orang aneh yang tidak dipandang. Orang-orang itu mengambil foto kami karena mereka pikir kami (aku dan rekanku yang saat itu pasti terlihat sebagai anggota komunitas para pelaku seni tersebut) berbeda, unik, dan dapat didokumentasikan. Tapi mereka tidak mau menoleh sedikit pun memandang kami. Sehabis memotret, mereka kemudian pergi bergitu saja. Tidak peduli. "Oh, jadi begini rasanya jadi seperti mereka. Hanya dilihat untuk kepentingan pribadi orang lain, tanpa dipedulikan keberadaannya dan perasaannya", ucapku dalam hati. Sedih sekali rasanya. Kembali kami mengamati orang-orang yang lalu lalang, yang kebanyakan membawa kamera. Di seberang kami terdapat beberapa hasil kerajinan tangan yang seperti sudah tidak berharga. Salah satunya berbentuk seperti tempat sesajen kuno. Salah satu dari orang yang lalu lalang mengambil foto benda tersebut, "Ih, kenapa orang itu mengambil foto benda tersebut?" tanyaku dengan aneh maksud tersiratnya adalah masih ada benda lain yang jauh lebih bagus yang bisa diambil fotonya. "Itu apa yah yang difoto?" tanya Juwita, "Itu mungkin semacam tempat sesajen" jawab Monica. Setelah Monica menjawab pertanyaan Juwita, si 'Bang' langsung bertanya kepada kami bertiga "ada apa? ada apa?" seperti sangat peka mendengar sesuatu, padahal kami berbicara sambil berbisik. "Engga, itu apa yah bang?" tanya Monica, "Oh, itu tempat kerja kita, hasil karya seni. Disitu tempat kita membuat karya" jawab si 'Bang'. Waw, kembali hatiku tertusuk. Pelajaran ketiga: jangan pernah merendahkan sesuatu, sekecil apapun itu, seperti apapun rupanya!!! Kami terlalu cepat mengunderestimatekan sesuatu.

Setelah selesai melukis, beberapa dari mereka bertanya PSPO itu apa? Kami menjelaskan bahwa PSPO adalah Paduan Suara Persekutuan Oikumene UI. Hampir semua dari mereka bertanya-tanya maksudnya persekutuan dan oikumene itu apa, bahkan untuk melafalkan katanya saja mereka kesusahan, mungkin karena mereka kurang familiar dengan kata-kata tersebut. Satu yang membuat kami kaget adalah saat si 'Bang' berkata "Oh persekutuan yah? Perkumpulan gitu kan? Kayak di gereja-gereja, kayak persekutuan doa gitu?" dengan segera kami menjawab "Ah iya iya bang, begitulah kira-kira". Sejenak setalah percakapan itu berlangsung, kami dapat melihat sekilas wajah 'Bang' dengan ekspresi seperti orang yang teringat kembali akan suatu hal penting yang pernah atau sudah dia tinggalkan. Ada rasa iba, penasaran sekaligus terharu melihat ekspresi seorang 'Bang' yang seperti itu. 'Bang' mengerti dengan arti persekutuan secara dasar, bahkan sampai ke persekutuan doa, dia familiar dengan semua kata itu. Hal inilah yang membuat kami berhipotesa kalau 'Bang' adalah seorang anak Tuhan yang sedang tersesat. Sayang saat itu kami belum diberikan Tuhan kesempatan untuk berPI. Kami hanya bisa membawa 'Bang' dalam doa kami, biar Tuhan yang tahu dan mengubahkan hidup 'Bang', sebab sejujurnya kami sangat yakin bahwa 'Bang' adalah sesama orang percaya. Sampai bertemu lagi 'Bang', suatu saat nanti. Anyway, kalau kalian melihat pelukis sekitar kota tua yang duduk di sisi bangunan sepanjang jalan menuju museum Fatahillah, sambil duduk-duduk bermain gitar dengan beberapa orang temannya dan wajahnya mirip dengan penyanyi Glenn Fredly, itulah 'Bang'. Terima kasih 'Bang' telah memberikan kami banyak pelajaran, Tuhan memberkati :)

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments