Well, do you know whose song it is? This is one of my favourite song in the middle of 2015. I love this song simply just because I think the song is easy listening enough to hear and enjoy. As usual if I love a song I will shortly find the lyric and memorize it, so I can sing the song everytime I want. What a dandy lyric behind this song! It's truly true.
We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never closing
Hearts are never broken
Times forever frozen still
I really love that part. Yeah in a photograph the eyes are never closing, the hearts are never broken, the times forever frozen, the smiles are never faded, and happiness are always shine there. If you miss someone who far away from you at the right time, you just can see his photo and I think it will kill your missing feeling, yah not that much but it will help, I'm sure.
Risau dan pilu mulai berlari mengitariku
Terkadang mengajak gundah untuk ikut berkubu
Namun apa daya ku punya tak sampai
Menangkap semua diganti suka semampai
Diam seribu bahasa itu ku menyebutnya
Terkadang tawa datang melihat tingkahnya
Seribu sayang asap menutupinya
Sulitku menghitung waktu untuk bicara
Tidak tahu ada apa gerangan datang
Hanya termenung menunggu jawaban pemilik kuasa
Jakarta, 21 Januari 2016
Terkadang mengajak gundah untuk ikut berkubu
Namun apa daya ku punya tak sampai
Menangkap semua diganti suka semampai
Satu...Dua...
Pejalan cepat itu meninggalkanku dibelakangnya
Kilat sempurna menyambar dia seutuhnya
Penghibur duka yang akan ku dengar selamanya
Diam seribu bahasa itu ku menyebutnya
Terkadang tawa datang melihat tingkahnya
Seribu sayang asap menutupinya
Tiga...Satu, dua, tiga...
Kacamata itu membunuh waktuku menatapnya
Cukup tiga detik hati ini merasakannya
Ras ibu pertiwi sedikit menghalanginya
Sulitku menghitung waktu untuk bicara
Tidak tahu ada apa gerangan datang
Hanya termenung menunggu jawaban pemilik kuasa
Jakarta, 21 Januari 2016
Di tengah padang galau
...
Dewi Lestari Natalia.
Someday ago, gue iseng buka facebook yang sudah seribu tahun gak dibuka. Isinya, people are changing. Yups. Banyak banget teman-teman gue di facebook yang berubah dan jadi wow, bikin gue jiper sendiri wkwk. Ada yang dulunya butiran debu sekarang udah jadi bongkahan emas, ada yang dari dulu bakat jadi artis dan sekarang jadi artis beneran. Ada juga yang dulunya bercita-cita jadi dokter eh sekarang malah jadi tukang minyak alias petroleum engineer. Luar biasa.
Gue? Gue masih gini-gini aja kayaknya haha. Masih jadi engineer yang gagal huhu. Kadang gue berangan-angan as if I were them. Apalagi kalau liat foto-foto teman-teman kuliah gue yang sekarang dengan gagahnya pakai coverall sambil senyum sumringah ditengah field atau offshore ship atau di pabrik. Atau teman gue lainnya yang lagi menuntut ilmu di negeri seberang sambil nyambi travelling dan get the new experiences to live in another country and culuture. Bukan iri, I'm not jealous with what they have got. Setiap orang punya kesempatan yang berbeda-beda, right?
Pepatah bilang, "Rumput tetangga terlihat lebih hijau". Sebagai manusia, gue paham itu karena pada dasarnya sangat manusiawi sekali perasaan seperti itu. Kalau kata eyang "Namanya juga manusia, nduk. Ya ndak pernah puas toh?". Mungkin memang dari post-an yang teman-teman gue share di facebook look so fun, cool, and adorable. But, we don't know exactly about their real life, right? Kelihatannya memang kehidupan orang lain lebih menarik dibandingkan dengan kehidupan kita sendiri. Tapi, banyak juga orang yang menilai bahwa kehidupan kita justru yang lebih menarik.
Kenapa gitu banget ya jadi manusia? Hmm, jawabannya menurut gue cuma satu. karena kita kurang bersyukur dengan apa yang sudah kita dapatkan.
Xoxo,
Dewi Lestari Natalia.
Kenapa gitu banget ya jadi manusia? Hmm, jawabannya menurut gue cuma satu. karena kita kurang bersyukur dengan apa yang sudah kita dapatkan.
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:18)The key is only "BERSYUKUR". Based on my analysis, if we think about rumput tetangga yang lebih hijau, itu karena kita kurang memandang hijau rumput kita sendiri. Hal ini bisa terjadi karena kita kurang bersyukur akan rumput yang kita punya. Ya kesimpulannya, walaupun sekarang status gue adalah engineer gagal tapi gue bersyukur diberi kepercayaan sama Tuhan buat mengabdi untuk negara ini :")
Xoxo,
Dewi Lestari Natalia.
Persahabatan bagai kepompong,
Mengubah ulat menjadi kupu-kupu.
Persahabatan bagai kepompong,
Hal yang tak mudah berubah jadi indah.
-by: Sindentosca-
Di taman kanak-kanak bertemulah si anak baru dengan sekumpulan anak seusianya yang sudah saling kenal sebelumnya. Sulit mungkin menerima kehadiran satu orang asing di sekumpulan domba berkawan. Hanya ada satu orang, yang akhirnya menjadi teman kecil Delena sampai sekarang. Namanya Moviatak.
Tidak ada yang terlalu dapat diingat di bangku SD. Beberapa bahkan merasakan masa kecil yang diibaratkan bagai sayur tanpa garam, hambar. Tidak ada yang terlalu berkesan dan tidak ada yang bertahan lama. Hanya sapaan singkat yang dilontarkan ketika bertemu di tahun-tahun selanjutnya. Delena belum punya terlalu banyak teman, apalagi sahabat. Mungkin ada. tapi tidak diingat terlalu detail karena tidak mudah untuk diingat.
Kata siapa masa paling indah adalah masa-masa SMA saja? Bagi delapan orang ini, masa SMP adalah masa yang tak kalah indahnya. Bagi Ephasir, Akga, Anpusa, Frejona, Graiotha, Eripitar, Anrapa, dan Delena masa SMP adalah masa konyol dan menyenangkan. Bukan, persahabatan itu bukan erat di masa SMP, tapi terjalin dari masa SD dan bersemi di masa SMA. Ya, sekarang pun masih terlalu berkesan.
Terkisah lima orang sahabat yang bertemu sejak mereka SMA. Adalah Hanfa, Ansyifa, Marigran, Eltypha, dan Delena. Masa sekolah mereka bukanlah masa-masa yang membosankan, semuanya terjadi begitu hitz pada masanya. Entah momen apa yang mempertemukan mereka dan mengakrabkan mereka satu sama lain, tapi yang jelas mereka bisa saling melengkapi dan menemukan kenyamanan yang tidak biasa.
Masa sekolah telah berlalu, tibalah di atmosfer perkuliahan. Bertemu dengan banyak orang pintar yang diam-diam saling berlomba. Tapi tidak untuk tujuh orang plus dua mahasiswa. Semuanya pintar dan menyenangkan. Dipertemukan dari awal perkuliahan, namun tidak dapat diingat persis kapan tepatnya mereka berteman dan bersahabat. Hesni, Malamin, Quanion, Stening, Syika, Yowan, dan Delena plus Dwinis dan Drytri selalu jadi yang paling menyenangkan. Sekolah tinggi juga mempertemukan para pelayan Tuhan dalam suatu persahabatan besar. Mereka adalah ini.
Pandangan pertama tidak selalu bisa diandalkan untuk suatu persahabatan. Semua butuh suatu yang dinamakan proses pengenalan. Bertemu sejak masih sekolah minggu di gereja, namun lagi-lagi tidak tahu kapan persisnya persahabatan ini bersemi. Di awal usia remaja pun masih belum terasa. Tapi itulah yang disebut proses, setelah beberapa lama dipertemukan, benih sahabat itu muncul. Delena dan GREPE.
Semua memiliki cerita pada waktunya. Pertemuan saat ini banyak dipakai untuk mengenang semua cerita itu. Ada yang indah, sedih, kelam, suram, aneh, bodoh, cerdas, brilian, dan dapat dipastikan rasa itu pasti asik pada zamannya masing-masing. Time flies so fast. They grown up and changed. Better. Yang tadinya ulat sekarang sudah menjadi kupu-kupu yang indah. Bukan sahabat yang saling menjatuhkan. Sahabat yang bisa merubah bijih menjadi mineral berkonsentrat tinggi.
Sayang sahabat,
Dewi Lestari Natalia.
I was 23 years old this year, an age to get more serious times of life. My maturity must increase on the next level or I will stay to be a childish 23 years old woman who grows up too slow. No, I won't to. Every part of my life need a thing called vision, that's in my opinion. Karena gue sekarang bukan anak kecil lagi yang gak ngerti hidupnya mau dibawa kemana. If you have a vision of life you will know where you must step your feet down easier. Bahkan anak kecil pun sekarang sudah pintar dan punya rencana mau jadi apa kalau sudah besar nanti. I'm still learning how to have an obedient to life in my vision of life. Tidak terlalu idealis kok, cukup berpikir panjang sebelum memutuskan sesuatu. Begitu pun dengan love life or relationship.
Can I just ease into relationships? Like, I want to be able to calmly say 'Oh this is snug. How comforting. Let me stay here. I like the warmth'. No, I can't. Gak tahu yah sulit banget buat gue rasanya buat starting a relationship sejak pengalaman pacaran gue di masa lalu suram kelam tak bersinar haha. But seriously, I miss to be loved :( Jadi baper gini haha. Semakin bertambah usia, semakin banyak yang doain semoga cepat nikah atau minimal semoga cepat punya pacar (terutama bagi kaum-kaum jomblo kayak gue ini). Bagi yang bertambah usia (read: Me), just can say "AMEN, in the name of Jesus." Like this year, some week ago, almost all of my birthday wishes about pasangan hidup, jodoh, pacar, dan cepet nikah. Huftness.
Everyone asked me, kenapa belum punya pacar sampai sekarang? Everyone juga ngenalin gue ke temannya atau sepupunya atau sepupunya temannya, tapi kenapa gak jadi juga? Honestly, I confused how to answer the questions. Life is not about pacar. Kata siapa gue gak peduli, I did care. Apalagi belakangan banyak banget teman-teman gue yang baru aja jadian (sumpah banyak banget) dan banyak juga yang akhirnya merajut sebuah rumah tangga. Jealous? Engga kok. Ya sedikit mupeng sih wkwkw baper lagi kan huaaaaa... Mamak gue pun berharap hal yang sama dong, intinya biar gue cepat nikah, oke sip. Gue gak mau cepat-cepat pacaran hanya karena gak mau kalah sama teman-teman gue yang baru jadian itu. Because love is not as easy as that.
Everything need process. I'm still praying to be a better woman to my future man. Gak cuman gue aja yang mau mendapatkan yang terbaik, tapi terlebih dahulu gue harus mempersiapkan diri gue untuk jadi yang terbaik. Yang terbaik tentunya bukan cuma untuk my next future man tapi terlebih yang terbaik untuk Tuhan, seperti buku yang pernah gue baca zaman kuliah dulu judulnya Lady in Waiting yang ditulis oleh Jackie Kendall dan Debbie Jones. Well, being single is not a big deal. I still can spread my love to the others, family, and especially to my self. Berbicara tentang cinta, untuk mencintai dan dicintai tidak butuh satu atau dua syarat untuk memenuhinya. Itu sebabnya banyak pepatah mengatakan "cinta tak bersyarat dan tak kenal alasan". Cinta itu datang dengan seperti angin, tak bisa dilihat tapi bisa dirasakan kedatangannya. Everyone is entitled to love and be loved. But everyone has different way of stating and feeling the love itself.
Kalau pun gue masih belum merasakan cinta dari seorang pendamping hidup saat ini, gue masih tetap bersyukur bisa merasakan cinta yang tulus dari keluarga gue, teman-teman, sahabat, dan terlebih cinta yang terbesar yang daripada Tuhan. Welcoming the new year, I just have one resolution, spreading love to the world and find the sincere love from God which is delivered to me by someone with his God's heart :)
Love,
Dewi Lestari Natalia.
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)