In Life Thoughts

Waktu

Kau berputar menari tiada henti
Kau berdetak mengarungi banyak hari
Bukan sejarah menjadi tujuanmu
Masa depan siap kau tempuh
Setiap ingin aku mengulang 
Sejauh gagal ku tak berdaya
Merekam kenangan yang tak terlupa
Tinggalkan piluh yang tersisa

Ingin aku mengulang sejarah
Apa daya aku tak berasa
Bukan sejarah menjadi tujuanmu
Masa depan siap kau tempuh
Harapan menyambut kedatanganmu
Kecewa datang saat kau berlalu
Rasa rindu bersemi lama tak jumpa
Jenuh tiada terasa hampa

Hey,
Bisakah kau berputar mundur?
Tidak bisa nona, tidak bisa
Masa depan tak sabar ingin dijemput
Penyesalan selalu terlambat disadari
Hadapi dengan lapang hati
Sampai nanti waktu, sampai nanti
Kita kan bertemu lagi
Menyambut dengan senang hati




Menyambut waktu,
Dewi Lestari Natalia.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Thoughts

Why-Why Questions

Mengapa kita sering mengeluhkan tentang berbagai hal yang telah kita peroleh?

Mengapa kita sering membanding-bandingkan kelebihan dan kekurangan orang lain?

Mengapa kita sering menjelekkan kekurangan orang lain?

Mengapa kita sering menilai orang dari permukaannya saja?

Mengapa kita sering lebih banyak menuntut hak dari pada mengerjakan kewajiban?

Mengapa kita sering menginginkan apa yang dimiliki oleh orang lain?

Mengapa kita sering menganggap diri kita yang paling baik dan paling benar?

Mengapa kita sering tertutup terhadap kritikan yang ditujukan kepada kita namun selalu saja melontarkan kritikan terhadap orang lain?

Mengapa kita sering secara tidak langsung ikut campur dalam urusan orang lain?

Mengapa kita sering sulit untuk mengakui kesalahan kita tetapi jago sekali mencari kesalahan orang lain?

Mengapa kita sering berpura-pura untuk menutupi kesalahan?

Mengapa kita sering tidak sadar bahwa kita adalah makhluk sosial yang hidup saling berinteraksi satu sama lain?


Jawabannya adalah karena kita kurang bersyukur dan  terlalu berfokus pada diri kita sendiri, kita menjadikan diri kita sebagai sentral utama. Hal ini membuat  kita selalu menganggap bahwa diri kita harus mendapat fokus penuh baik dari diri kita sendiri atau pun dari orang lain.

Siapakah yang seharusnya jadi point of focus diri kita? Apakah diri kita sendiri? Atau orang lain? TIDAK, yang menjadi fokus utama kita harusnya adalah Tuhan Yesus. Mengapa? Karena Tuhan Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup, tidak ada yang dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui Tuhan Yesus (Yoh 14:6). Dari situ kita dapat melihat bahwa bukan diri kita yang menjadi sumber kebenaran dan sumber kehidupan, tetapi Tuhan Yesus. 

Jadi apakah kita pantas untuk berfokus hanya kepada diri kita sendiri? Tidak. Hal ini hanya akan merusak hubungan kita dengan sesama kita terlebih dengan Tuhan. Rasa kurang bersyukur juga timbul akibat dari kita menjadikan diri kita atau kepuasan pribadi kita menjadi tolak ukur yang paling utama. Seandainya kita menjadikan Tuhan menjadi tolak ukur kita yang utama, kita pasti akan merasa cukup dengan apa yang diberikan Tuhan, berterima kasih dan bersyukur buat apa yang telah Tuhan berikan dan mengingat bahwa masih banyak orang lain yang kurang beruntung dibandingkan dengan kita. 

Jadi, mulai sekarang mari kita belajar untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas berkatNya dalam kehidupan kita. Fokuskanlah hati dan pikiran kita hanya kepada Tuhan, bukan kepada diri kita sendiri. Tuhan memberkati :)




Start praising, stop complaining!
Dewi Lestari Natalia.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments


In Life Personal

What's Going On?

Long time no write. Almost two months I don't share anything here, kangen banget. Honestly, udah lama banget mau nulis dan mau ngepost berbagai macam kisah baru yang gue alami selama kurang lebih dua bulan ini, tapi entah kenapa taking a nap is more interesting than posting this blog

After too many posts are written by me along my long long long (seek for a job) holiday, I'd lost my word to be written for last two months. And here I am with my new position. Thank God, I've got a job a month ago as a Management Trainee (MT) in a manufacturing company at Balaraja, Tanggerang. Setelah melalui banyak proses perekrutan di berbagai perusahaan, akhirnya tanggal 22 April 2014 gue dinyatakan di terima sebagai Management Trainee di perusahaan tersebut. Puji Tuhan, dengan segala macam pergumulan dan pertimbangan akhirnya gue memutuskan untuk join dengan perusahaan tersebut. Dipertemukan dengan aktivitas baru, teman-teman baru, kebiasan baru, suasana baru, dan tantangan baru membuat gue banyak sekali belajar selama kurang lebih dua bulan ini (terhitung sejak first day on May 2nd, 2014). Bertemu dengan 9 orang teman baru sesama MT dari berbagai macam latar belakang. Ada yang sudah experienced dan ada juga yang fresh graduate sama seperti gue. Mereka adalah Ain (temen kuliah), Regina, Helmi, Danddy, Fadheel, Rio, Bang David, Bang Wahyu, dan Mas Cahya. Merupakan suatu kesenangan tersendiri ketika dipertemukan dengan mereka semua.

Kata orang dunia kerja itu sangat berbeda dengan dunia kuliah atau sekolah, pernyataan tersebut sangatlah benar berdasarkan pengalaman gue pribadi selama dua bulan ini menjadi seorang pekerja. Tantangannya lebih banyak dan lebih besar. Orang-orang yang kita hadapi pun bervariasi baik itu sifatnya, karakternya, pengalamannya, jabatannya, dan juga umurnya. Sewaktu kuliah kemarin kebayang gak sih bahwa setelah bekerja kita akan berteman dengan bapak-bapak atau ibu-ibu yang mungkin usianya sudah setara dengan orang tua kita dan bahkan jabatannya jauh di atas kita atau bahkan jauh di bawah kita? Kebayang juga gak kalau gue di usia yang semuda ini (fyi, gue paling muda loh diantara top management di kantor haha), kita dipanggil dengan julukan 'Ibu'? Kebayang gak sih persaingan untuk menempati suatu jabatan sudah mulai berasa saat langkah kaki pertama masuk perusahaan? Kebayang gak sih senengnya menerima gaji pertama hasil jerih payah sendiri? Kalau gue sih tidak terbayang sama sekali dengan hal-hal ini. Yang terbayang dibenak gue hanyalah sebatas pergi kerja, kerja, dan pulang kerja. Cetek banget ya hahahaaa. 

Kalau ditanya, lebih enak mana kuliah dan bekerja? Jelas jawabannya adalah kuliah.
Enak mana bergaul sama temen kuliah atau temen kantor? Sejauh ini sih masih lebih comfort ke temen kuliah hehe.

Pergumulan mahasiswa dengan pekerja pun jelas sudah berbeda. Porsi sebagai mahasiswa tidak sebanding dengan pekerja. Tantangannya pun sungguh berbeda dan lebih ekstrem tantangan untuk seorang pekerja dibandingkan dengan seorang mahasiswa. Perubahan pun mulai aku alami di dalam kehidupanku sedikit demi sedikit dan butuh pergumulan besar dalam menyikapinya. Yah, begitulah. Agak sulit dijabarkan dalam rangkaian kata. Intinya berjuang, berdoa, dan berusaha :)



...
Dewi Lestari Natalia.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments